Jonathan tahu bahwa pertarungan di Jakarta sudah berakhir. Permasalahannya dia tidak menyangka pertarungan itu berakhir mengerikan. Terlihat banyak sekali jatuh korban di sekitar jalan. Sampai-sampai, mereka teriak histeris. Memanggil sanak saudara meski sudah terbujur kaku. Belum cukup sampai disitu, mereka memohon untuk diselamatkan. Telapak tangan kanan merogoh tisunya, memperhatikan bau amis yang menusuk rongga hidungnya.
Dia bersama Tamara dan Srenchenogu memperhatikan sekelilingnya. Keduanya mengenakan jubah tebal. Memperhatikan sekelilingnya dengan penuh kasihan. Teriakan, tangisan tiada henti membuat mereka berusaha untuk menahan emosi.
"Jadi ini yang dimaksud Senior Gufron soal kematian sesungguhnya?" celetuk Jonathan.
"Tidak biasanya kau memberi komentar aneh itu."
"Diam kau Srenchenogu. Masih beruntung kita masih di sini."