Walau memasuki TKP, tetap saja tidak ada tanda-tanda adanya petunjuk di sekitarnya. Serasa ada sesuatu yang disembunyikan. Entah disengaja atau tidak.
Argon, Risma dan Rio sedang mengamati ruangan yang dipenuhi ledakan. Dinding hancur seketika. Cipratan darah di mana-mana. Organ dalam maupun gerak berceceran di lantai. Simbahan darah yang segar, disertai memberikan tanda bahwa dilarang menginjak apapun yang berkaitan dengan TKP.
Risma memasang maskernya. Karena baunya menyengat hingga menusuk ke dalam lubang rongga hidung. Argon berusaha menahan rasa mual. Dia berjalan cepat, mengecek tong sampah besi. Memuntahkan semua isi muntahan ke dalam situ.
"Oi, apa yang kau lakukan? Mau menghalangi kepolisian, huh?" sembur aparat kepolisian
"Tidak perlu marah begitu, Pak. Saya yang mengajaknya kemari."
"Atas dasar apa kau membawa dia kemari? Cepat usir dia dari sini," sinisnya mengacungkan jari telunjuk.