Munculnya suara ledakan barusan membuat Miranda terbangun dari kasurnya. Dia mengerang kesakitan. Suara para perawat beserta dokter, terlihat sedang berkumpul ke lokasi kejadian. Miranda membuka tirainya. Ternyata Ridwan dan Evidio sudah terbuka pada kelopak tangannya. Mereka berdua juga berada dlam satu ruangan. Saling memandang sekaligus mencerna situasi yang ada saat ini.
"Kita di rumah sakit, bukan?" tanya sekaligus tebak Evidio pada Miranda.
"Ya."
"Bagus. Saatnya kita pergi dari sini."
"Cepat sekali, bung. Kita kan butuh perempuan cantik di sini bukan?" cibir Ridwan.
Evidio mengerutkan kening pada sikap Ridwan. Berpikir bisa-bisanya memikirkan perempuan kala ada Miranda di sampingnya. Tidak peduli apa yang dalam pikiran Ridwan, dia selalu memikirkan bagaimana cara membuat popularitas didongkrak berkat aksinya. Walau sayangnya cara yang dia lakukan salah. Tetapi, Ridwan tidak peduli hal itu.