Napas mereka terengah-engah. Baik Aneirin maupun Cid. Keringat bercucuran membasahi kedua pipi mereka. Berharap tidak orang mengejar lagi. Terlebih ketiganya berada di luar perbatasan. Air sungai mengalir nampak jelas di depan mata. Pohon-pohon berdiri tumbuh tegak. Apabila terkena hembusan angin, hanya ranting kecil yang ikut beterbangan. Tetapi tidak sampai mengalami patah.
"Maaf, ya. Kami berdua terpaksa melakukan itu. Karena kalau tidak, mereka tidak akan berhenti mengejarmu," desah Aneirin melemaskan otot lutut akibat terlalu banyak berlari.
"Tch! Tidak perlu minta maaf, Aneirin. Toh aku bisa melakukannya ini sendiri!"
"Ini bukan soal melakukan sendiri atau gimana. Tapi kita menyelamatkan Rogue dari kerumunan banyak orang. Percuma kalau kita tidak melakukan sesuatu, nyawanya dia dalam bahaya!" bantah Aneirin terhadap perkataan Cid yang tidak masuk akal.
"Tunggu. Kau bilang nyawaku dalam bahaya?"