Florensia terkesima dengan keberanian Fanesya. Dengan bermodalkan keberanian saja, dia melawan laki-laki berseragam putih.
Ekspresinya tiba-tiba berubah. Bibir laki-laki berseragam putih menyeringai. Matanya melotot pada Fanesya dan Florensia. Aura yang terpancar juga mulai berubah. Kedua kaki Fanesya bergetar. Mundur beberapa langkah dengan sendirinya.
"Fanesya?"
Tubuh Fanesya bergetar. Kedua matanya tidak bisa fokus. Kedua tangannya tidak mampu memegang crossbow dengan baik. Laki-laki berseragam putih menghela napas kecewa. Dia menghampiri Florensia yang meningkatkan kewaspadaan. Kemudian, laki-laki berseragam putih menusuk perut Fanesya hingga berlumuran darah.
"Fanesya!" jerit Florensia.