Bel istirahat berbunyi dan menunjukkan waktu pukul 12 tengah siang. Orang-orang berlomba-lomba merebut makanan maupun meja di kantin. Sedangkan beberapa siswa membawa bekal makanan dari rumah.
Hiro membuka isi tasnya. Dua onigiri berisikan tuna dan saus mayones. Dia membuka plastiknya sambil berkata, "itadakimasu."
Dia mengunyah sambil memasang headphone berwarna putih. Talinya dipasang pada smartphone miliknya. Diputarlah lagu band Uverworld berjudul Touch Off dari aplikasi Spotify. Sampai lagu itu habis, dia mengutak-atik playlistnya. Kedua kakinya diangkat di atas meja. Menggangguk-anggukan kepala.
Teman sekelas Hiro melotot tajam padanya. Saling berbisik mengenai tentangnya. Lirikan kedua mata Hiro tertuju pada teman sekelasnya. Menganggap bahwa mereka telah berburuk sangka terhadapnya. Hiro memutuskan cuek sambil membaca buku manga terbaru. Sedangkan teman-temannya melanjutkan kembali untuk bergosip.
"Sombong sekali tuh dia!"
"Mentang-mentang bisa jawab pertanyaan Pak Guru killer, sudah besar kepala!"
"Tapi kau tahu … dia paling menakutkan di antara sekolah ini. Terakhir kali, Hiro mengajak berantem sama ketua OSIS bernama Shigeru Yamazaki!"
"Benarkah! Aku tidak percaya itu! Lalu hasilnya?"
"Yamazaki dihajar habis-habisan oleh Hiro!"
Mereka terus bergosip selama kurang lebih 45 menit. Menghabiskan makanan onigiri pelan-pelan. Selama berada di dalam kelas, Hiro terus mengganti lagu hingga waktu sudah menunjukkan pukul 12.45 siang. Kemudian, dia menaruh smartphone. Menaruh kembali headphone ke dalam tas. Mengambil beberapa buku pelajaran berisikan matematika. Pelajaran yang paling tidak disukai oleh Hiro. Saat tangan kanan merogoh sesuatu, sorot matanya tertuju pada sebuah bayangan yang ada di luar kelas. Bayangan itu berjalan tanpa memperhatikan orang-orang sekitarnya. Bayangan itu menarik perhatian kedua mata Hiro. Menelan ludah saat berjalan menuju ruang pintu kelas di sebelah kanan. Kemudian, makhluk itu berhenti. Mengacungkan jari telunjuk ke arahnya. Jari telunjuknya bersentuhan dengan leher. Menggarisbawahi secara vertikal, menandakan bahwa akan ada yang mati nantinya. Hiro beranjak dari kursi tersebut. Berusaha mengejarnya. Tetapi saat melihat bayangan tersebut, makhluk itu sudah tidak ada di tempat. Kepala Hiro menoleh sekitarnya. Giginya mengigit bibir. Berdecak kesal sembari duduk dengan perasaan tidak tenang. Mengabaikan bahwa samping mereka ada teman sekelasnya yang dilanda kebingungan. Tetapi, pemuda berambut coklat itu nampak tidak memedulikannya.
Bel tiga kali berbunyi, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore hari. Hiro keluar dari kelas. Berjalan melewati kerumunan siswa yang hendak pulang ke rumah masing-masing atau melaksanakan kegiatan ekskul. Terlihat, para murid berbincang satu sama lain disertai ajakan teman sekelas untuk ikut ekskul. Ada yang mengikuti kejuaraan lomba antar sekolah di Jepang. Serta mengikuti kegiatan yang diadakan tiap ekskul. Atau mengadakan rapat di ruang OSIS.
Namun, Hiro berjalan cepat. Menuruni tangga menuju pintu keluar sekolah. Pemuda berambut coklat membuka kuncinya. Membuka pintu laci. Menggantinya dengan sepatu untuk pulang ke rumah. Tujuannya, menghindari orang-orang yang ingin menghalangi jalan untuk pulang. Dia ingin menonton anime yang akan tayang sekitar pukul 6 sore. Sekaligus berniat mencari pekerjaan sampingan. Sadar bahwa uang wasiat yang diberikan oleh almarhum kakek mulai menipis.
"Gawat! Hari ini ada anime yang akan tayang hari ini! Mana episode awal lagi! Aku harus cepat-cepat pulang!" gumamnya.
Dengan langkah tergesa-gesa, dia berjalan cepat melewati kerumunan orang. Di tengah perjalanan, sosok bayangan itu kembali muncul. Kali ini, muncul di antara mereka. Hiro langsung berlari mengejarnya.
"Kemari kau, sialan!" teriak Hiro.
Mengabaikan orang sekitarnya, Hiro berlari menaiki tangga umum. Kedua bahunya saling bersenggolan dengan warga sekitar. Ada yang meneriakkan pemuda berambut coklat. Ada juga merasa jengkel dan bersabar bertatap muka dengan Hiro.
Namun, Hiro memilih bersikap cuek. Dia melihat sosok bayangan itu berlari kencang melewati pejalan kaki. Sekaligus berharap sampai di rumah tepat waktu. Ketika dirinya berada di persimpangan jalan, seekor kucing putih jenis angora, bersama dengan anak kecil seumuran SD sedang berjalan membawa makanan berupa ikan.
Tiba-tiba, kendaraan mobil putih sedan sedang melintas dengan kecepatan tinggi. Insting Hiro mengatakan mereka akan ditabrak oleh truk jika tidak melakukan sesuatu.
"Awas!" teriaknya mendorong kucing dan anak kecil ke samping kanan.
Sebuah tabrakan terjadi. Tubuh Hiro terpental. Mengucurkan banyak darah. Termasuk bagian kepala dan anggota tubuhnya. Kesadarannya perlahan-lahan mulai mengabur. Kucing dan anak itu selamat ya … syukurlah, gumam Hiro dalam hati.
Kepalanya mulai pusing. Tidak mampu melihat dan mendengarkan ucapan orang lain, karena semua inderanya telah lumpuh. Alhasil, hanya beberapa kalimat yang dia tangkap sebelum tidak sadarkan diri.
"Kau tidak apa-apa kan?"
"Kakak sadarlah!"
Bunyi rintihan anak kecil sekaligus kucing mengeong, menggigit baju seragam Hiro dirasakan. Beberapa orang mencoba menghubungi nomor rumah sakit.
"Sial … pada akhirnya … aku tidak mampu menonton anime yang kusuka."
Tetesan air mata membasahi kedua pipinya. Tangan kanan mencoba meraih sesuatu.
"Inikah akhirku? Kuharap … aku ingin diberikan … kesempatan kedua … berharap tidak ada penyesalan … duniaku sebelumnya."
Kedua matanya mulai mengabur. Sosok bayangan yang mengerumuni orang-orang mulai menghilang dengan sendirinya. Tidak terdengar suara teriakan supir yang menabrak barusan. Menghembuskan napas terakhir.
~o0o~
Sosok cahaya menyinari kedua mata Hiro. Kilauan cahaya mengelilingi seluruh permukaan. Baik langit maupun daratan. Kesadarannya mulai membaik. Hiro merasakan kehangatan dalam tubuhnya.
"Apakah … aku sudah mati?"
"Jika dirimu di dunia sebelumnya, itu benar!"
Hiro menatap pada sosok laki-laki sedang duduk dengan tangan dilipat. Melihatnya dengan senyuman misterius. Laki-laki berambut putih panjang, berperawakan tua dan memegang sebuah tombak trisula di sampingnya. Bukan hanya dia, lima orang lainnya sedang membentuk lingkaran. Pusatnya ada pada laki-laki berambut putih panjang. Dia juga melirik tempat yang tidak dia ketahui. Nampak tidak ada bangunan atau suatu objek yang berdiri kokoh di depannya, kecuali sinar cahaya secara bergantian. Berubah dari putih menjadi biru. Laki-laki itu memegang sebuah buku tebal. Berdeham membetulkan pita suaranya.
"Hiro Sakaki. Laki-laki berumur 16 tahun duduk di bangku SMA. Tidak memiliki teman dan cuek terhadap sekitar. Bahkan semasa hidupnya hanya menonton tanpa berbuat kebaikan!"
"Apakah dunia akan baik-baik saja? Kau tahu, dia tidak pantas untuk dihidupkan kembali!" ucap salah satu laki-laki bersanding dengannya.
Nampak laki-laki tersebut memiliki kemiripan serupa. Hanya berbeda bentuk wajah. Laki-laki pertama berwajah oval. Sedangkan laki-laki kedua bundar. Belum lagi mata mereka coklat dan biru muda. Laki-laki kedua berambut pendek meski sudah berjanggut tebal. Beliau sedang duduk dengan postur berpikir. Matanya tidak lepas dari mengawasi Hiro. Begitu juga di sampingnya.
"Tenang saja. Dunia akan baik-baik saja. Selain itu … bukan hanya dia saja yang kemari," ucap laki-laki berambut putih panjang.
Bukan aku saja? Lalu siapa? Tanya Hiro dalam hati. Langkah kaki tidak berirama, menemui sosok laki-laki berambut putih panjang. Terlihat seorang pria dan seorang gadis seumuran Hiro, menatap tajam kepada beliau. Tepatnya mereka berdiri melewati pintu kehidupan. Sama seperti Hiro. Perbedannya, dia sudah berada di dalamnya.
"Masuklah Rina Shirasaki … Allen McCarthy."