Andra kembali ke tempat duduknya, dia menatap Marlyna dari jarak yang bisa dibilang tidak terlalu jauh. Bibir itu terus tersenyum manis memandang gadis yang sangat dicintainya, tidak pernah Andra merasa sebahagia ini dalam hidupnya. Kecuali memang taruhan dengan sang adik dalam mengambil hati ayahnya.
Andra memang tidak pernah merasakan cinta yang menggebu seperti ini, bahkan setelah banyak wanita dia taklukan dengan mudahnya. Selama ini dia hanya memanfaatkan hal itu sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tubuh atau mungkin kepuasan semata yang selalu membuat dirinya haus setiap saat. Tetapi saat ini Andra mulai merubah pola pikirnya, dia hanya ingin Marlyna. Seluruh obsesinya hanya tertuju pada gadis aneh itu, entah mengapa Marlyna memiliki daya tarik tersendiri bagi Andra.
"Kenapa kau cantik sekali Marlyna." ucap Andra sembari melemparkan pulpen ke arah gadis dihadapannya.
"Takdir!" jawab gadis itu cepat.