Chereads / twenty four hours / Chapter 31 - Bab 31/ Perasaan Aneh

Chapter 31 - Bab 31/ Perasaan Aneh

Seperti biasa. Hari baru, juga dengan ingatan baru. Sarah yang baru saja selesai menyantap roti lapis dengan selai coklat itu kini meraih tasnya di kursi samping, menatap mamanya yang juga sudah selesai dengan sarapannya.

Sarah mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya, berdehem dengan panjang sebelum memanggil sang mama, "Ma! Sarah mau nanya."

Salma beralih menatap Sarah, "Ya?"

Dengan sedikit ragu, Sarah menggeser kertas catatan persegi berwarna kuning miliknya ke hadapan Salma. Dalam kertas itu, sudah terdapat sebuah kalimat.

Salma mengernyit menatap kertas kuning di atas meja, membaca dengan jelas apa yang telah ditulis oleh Sarah di atas sana.

'Buku persegi yang digembok di dalam lemari. Mama lagi cari kuncinya."

Begitulah isi catatan Sarah. Salma pun langsung terdiam, tidak berani menatap putrinya yang kini sedang menatapnya. Tidak biasanya Sarah masih menyimpan catatan yang sudah lama. Biasanya, putrinya itu akan membuang catatan di pagi hari setiap harinya.

Sarah menepuk catatan itu di depan Salma, "Sarah belum buang catatan ini karena menurut Sarah ini sesuatu yang penting."

"Sarah selalu kebingungan setiap baca ini. Dan Sarah selalu nunggu Mama buat jelasin. Setidaknya, hari ini catatannya udah bisa Sarah buang."

"Jadi, itu buku apa? Sarah sangat penasaran." Tanya Sarah.

Salma menatap putrinya lama, bibirnya terasa keluh untuk menjawab. Dengan senyum paksa, Salma mendekatkan diri pada Sarah.

Salma menghela berat, "Buku yang sangat berpengaruh buat kamu." Jawab Salma jujur karena merasa tidak ada alasan untuk berbohong.

"Buat Sarah?" Tanya Sarah semakin penasaran.

Salma mengangguk, meraih tangan Sarah dan menggenggamnya lembut. "Belum saatnya kamu tahu."

"Kenapa?"

"Masih belum," Kukuh Salma. Ia semakin mengenggam tangan Sarah dengan erat, tersenyum manis pada putrinya, mengangguk meyakinkan. "Percaya sama Mama!"

Sarah tidak dapat berkata lagi, ia hanya dapat menghela pasrah, menatap tangan mamanya yang sedang mengenggam erat. Dengan yakin, Sarah mengangguk.

Bagi Sarah, jika mamanya sudah seperti itu, Sarah hanya dapat mempercayai. Karena, seperti itulah hari-hari Sarah. Jika mamanya meminta percaya, maka Sarah akan percaya dengan sendirinya.

"Iya, Sarah percaya sama Mama." Anak dan ibu itu saling tersenyum satu sama lain. Dengan lembut, Salma mengelus lengan Sarah.

"Karena Mama takut, jadi belum waktunya."

***

Zafran melewati koridor kelas dengan perasaan yang tidak ia mengerti. Pikiran-pikiran aneh terus bermunculan di kepalanya sejak kemarin. Perasaannya terus tidak tenang.

Tidak peduli jika ia dan timnya memenangkan pertandingan basket kemarin, Zafran tetap tidak bisa senang. Bayangkan saja, menang dalam pertandingan tiga kali berturut-turut seharusnya membuat hari Zafran pagi ini lebih cerah. Nyatanya?

Zafran memberhentikan langkahnya di depan kelas. Matanya tertuju di meja paling belakang sudut kiri. Zafran menatap diam cewek yang menjadi alasan Zafran tidak dapat berpikir tenang di pagi yang cuacanya bagus ini.

Sarah. Cewek itu sibuk membaca buku-buku tebalnya. Tidak ada yang bisa mengganggu kegiatan gadis itu meski pagi ini para murid sudah ribut di dalam kelas.

"Gue kenapa?" lirih Zafran tanpa mengalihkan pandangannya dari Sarah. Tatapannya begitu hampa, tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Tanpa Zafran sadari, tangannya menggenggam kuat. Membuat susu coklat di tangannya menjadi remuk. Yah! susu coklat yang seharusnya di berikan Zafran pada Sarah itu kini malah hampir pecah.

Sekuat tenaga Zafran ingin melangkah untuk memberikan susu itu pada Sarah. Namun, nyatanya, entah kenapa kakinya terasa keluh untuk melangkah.

Merasa tersadarkan, Zafran menatap susu coklat yang sudah hampir pecah di tangannya. Cowok itu menghembuskan nafasnya dengan berat, lihat sudah apa yang telah dilakukannya!

"Zafran! lo ngapain?" seseorang membuyarkan Zafran dengan setengah berteriak. Tidak lain orang itu adalah Raka yang tengah melambai pada Zafran dari tempat duduknya.

"Tolong jadi pengurus bank buat kami. Soalnya kami lagi main monopoli." Tambah Bintang.

Zafran langsung tersenyum dengan menampilkan deretan giginya. Berjalan menuju dua temannya. Berusaha bersikap dengan baik-baik saja, padahal hati dan pikirannya sedang ber-adu argumen.

***

Sarah dengar itu! Suara mejanya yang diketuk berkali-kali untuk membangunkannya. Bahkan suara bangku dan meja yang bergesekan dengan lantai sudah mulai terdengar dengan Sarah.

Jam pulang, semua murid di kelas Sarah mulai beranjak. Namun, Sarah masih menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya. Cewek itu baru saja tertidur di dalam kelas. Tidak masalah! jam terakhir kali ini tidak ada guru yang masuk.

"Sarah! udah pulang." Seru Shela, orang yang mengetuk-ngetuk meja Sarah sedari tadi untuk membangunkan Sarah.

Sarah mengangkat kepalanya, menatap Shela dengan mata yang masih sayu. Tidak biasanya Sarah tertidur di kelas meskipun jam kosong. Sepertinya tidak untuk hari ini.

"Ah, iya. Makasih, Shela!" Sarah tersenyum manis.

Shela mengangguk, menyandang tasnya dan bersiap untuk pulang. Sementara Sarah, ia masih harus memasukkan buku-buku di atas mejanya ke dalam tas.

Sarah mengernyitkan dahinya ketika mendapati sebuah susu coklat terletak begitu saja di atas mejanya. Dengan ragu, Sarah mengambil susu coklat tersebut. Menatapnya cukup lama.

"Shela!" Panggil Sarah cepat sebelum Shela hendak benar-benar pulang. "Lihat nggak siapa yang punyak susu coklat?"

Shela melihat sekitar kelas orang yang ingin dicarinya. Setelah tahu orang itu tidak ada, Shela kembali beralih pada Sarah.

"Zafran. Dia yang naruh waktu lo lagi tidur." Jawab Shela, "Mungkin lo nggak ingat dia siapa. Gue juga bingung kenapa dia mau repot-repot kasih susu ke lo waktu lagi tidur."

"Nggak!" Potong Sarah cepat, "Saya ingat!"

Sarah tersenyum tipis, menatap susu di tangannya dengan hangat.

"Orang yang ada di catatan saya hari ini."