Chereads / Dunia akan Indah Jika Kau Tersenyum / Chapter 1 - Pagi Hari Dua Bersaudara

Dunia akan Indah Jika Kau Tersenyum

Fuyuka_Azumi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pagi Hari Dua Bersaudara

Di Senin pagi yang cerah...

Seorang gadis berjalan masuk ke sebuah kamar. Dia mengenakan baju putih dengan dasi biru model kupu-kupu. Rok pendeknya juga berwarna biru lengkap dengan kaus kaki putih diatas lutut. Tak salah lagi, dia memakai seragam sekolah.

Gadis cantik itu memiliki sepasang mata berwarna ungu. Sebuah hiasan berbentuk bunga ada dibagian samping depan rambut hitam panjang miliknya. Di hiasan bunga itu, dia sedikit menguncir rambutnya.

Sekarang gadis itu ada disamping tempat tidur.

"Abang, bang, bang Vi..."

Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh cowok itu.

"Cepetan bangun..."

Tampaknya, gadis itu berusaha untuk membangunkan kakaknya. Yang sekarang masih tertidur dengan posisi menyamping membelakanginya.

"Sudah pagi, lho."

Kakaknya mulai membuka kedua matanya. Dia menatap adiknya.

"Jam berapa?"

"Jam 8 bang!"

"Eh? Masa?"

Wajah kakaknya agak terkejut. Dia langsung bangkit.

"Iya, tapi nanti 2 jam yang akan datang."

"Ah..."

Kakaknya menanggapi lawakan adiknya dengan senyuman kecil.

"Hehehe..."

Gadis itu juga tersenyum. Sebuah senyuman yang ceria.

Gadis itu meninggalkan kakaknya. Sambil memegang gagang pintu, gadis itu kembali berkata.

"Sarapan sudah mau siap, abang cepetan mandi. Ditunggu di ruang makan, ya."

Kata gadis itu sambil memasang wajah imut.

Gadis itu melanjutkan. Dia memberi isyarat dengan jari telunjuknya.

"Jangan lama, lho."

"Iya, iya."

Lalu gadis itu menutup pintu.

• • •

Arvi, nama dari cowok itu. Dia sekarang 16 tahun. Dan mulai hari ini dia masuk SMA. Dari penampilan, wajahnya lumayan tampan. Rambut hitam lurus. Sedangkan kedua matanya berwarna coklat. Satu lagi, dia lumayan tinggi.

Dan gadis yang tadi itu, Reina, adiknya. Dia kelas 9 SMP. Umurnya dengan kakaknya hanya berbeda sekitar setahun. Selain wajahnya yang cantik, tubuhnya juga ramping. Dadanya pun tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Reina sedikit lebih pendek daripada kakaknya. Yaitu hanya setinggi bahu kakaknya.

• • •

Di ruang makan...

"Ibu mana?"

Arvi bertanya kepada Reina. Dia sekarang sudah memakai seragam sekolahnya. Baju putih serta celana panjangnya berwarna hitam. Serasi dengan celananya, dasi yang dia pakai juga berwarna hitam.

"Tadi pagi ibu sudah pergi ke toko, katanya banyak pesanan."

Jawab Reina sambil menaruh dua gelas susu diatas meja. Dia mengenakan sebuah apron. Apron merah jambu yang sederhana.

"Gitu ya."

Arvi melihat meja makan. Diatas meja juga sudah terdapat dua buah piring. Masing-masing piring terdapat sandwich yang telah dibelah menjadi dua bagian secara menyilang. Terlihat cukup sederhana, sebab hanya dihias oleh beberapa potongan sosis.

"Rein yang membuatnya?"

"Iya dong. Pasti enak lho, soalnya dibuat dengan penuh kasih sayang oleh adikmu yang manis ini."

Ini pertama kalinya Reina menyiapkan sarapan. Sebelumnya, hanya ibu mereka yang membuatnya.

Reina membuka apronnya dan menaruhnya di sebuah gantungan di dapur. Lalu menyusul Arvi ke meja makan. Dia duduk di samping kanan kakaknya.

"Sekarang kita mulai sarapannya."

Tak lupa sebelum sarapan, mereka mengangkat kedua tangan. Berdo'a sebelum makan.

Arvi mengambil sandwichnya lalu menggigitnya.

"Ini..."

"Gimana?"

Rein bertanya penasaran.

"Enak..."

Wajah Rein agak memerah dan sedikit menunduk. Sepertinya dia kelihatan senang dipuji oleh kakaknya.

"Beneran?."

"Nggak, bohong kok."

"Eh?"

Wajah Reina jadi terlihat sedih. Tatapannya menjadi kosong.

"Bohong kalau ini gak enak."

"Duh, abang ini."

Cemberut, Reina memukuli lengan atas kakaknya dengan kedua tangannya. Arvi berusaha menahannya.

Mereka selalu begitu. Tapi ini menunjukkan bahwa mereka sangat akrab. Dari kecil, mereka memang selalu bersama.

"Udah, udah. Kita lanjutin aja makannya."

"Awas, ya bang."

Masih agak cemberut, sehingga ketika Reina memakan sandwich malahan kelihatan lucu.

• • •

Setelah selesai sarapan...

"Bang Vi, Rein mau menyiapkan bekal sekolah kita."

"Mau abang bantu beresin meja?"

"Boleh. Nanti abang taruh aja ya di dapur."

Lalu, Reina menaruh jari telunjuk tangan kanannya di pipi.

"Oh iya bang. Nanti kalo udah, bisa ambilin tas Rein di kamar gak?"

"Boleh."

"Makasih."

Reina kembali tersenyum.

• • •

Bekal makanan buatan Reina sudah siap. Dua buah kotak makanan serta dua botol air minum ada diatas meja. Lalu, dia memasukan kotak makanan kedalam tas ransel miliknya dan juga kakaknya. Untuk botol minum, dia menaruhnya di semacam saku di bagian samping ransel.

Tas ransel miliknya adalah yang berwarna merah jambu.

"Ini bang."

Reina memberikan tas ransel kakaknya. Tas ransel itu berwarna hitam.

"Makasih, ya.Yuk kita berangkat."

"Ah, tunggu bentar, bang. Rein mau ke toilet. Abang tunggu didepan aja ya."

"Ya udah."

• • •

Didepan rumah...

"Hari yang cerah..."

Didepan rumah, Arvi menunggu Reina. Dia menaiki sebuah sepeda yang memiliki boncengan dibagian belakangnya.

"Abang, maaf menunggu..."

Reina keluar dari rumah. Dia mengambil sepatu pantofel dari rak sepatu serta memakainya sambil berdiri. Tak lupa ia menutup pintu rumah.

Kemudian, dengan setengah berlari Reina mendekati kakaknya.

"Gak ada yang ketinggalan kan?"

Wajah Reina tampak sedang berfikir.

"Gak ada kayanya."

Reina duduk di boncengan belakang. Lalu melingkarkan lengan kanan-nya ke pinggang kakaknya.

"Sip, kita berangkat."

Arvi mulai mengayuh sepedanya. Mereka pun berangkat sekolah.