Di bawah senja. Kala jemariku menelisik lipatan kertas beraroma parfum citrus. Tertanda untukku.
Untukmu yang kuanggap kekasih.
Hujan tengah membasahi seisi kota.
Di tengah kesibukan kantor, mataku menatap semesta kian subam dari balik ventilasi gedung. Pikirku runyam kala suara hujan samar-samar menggema di telingaku. Yang kupikirkan hanya kamu. Pengagum warna kuning.
Kuhentikan sejenak. Beralih kutatap langit yang memayungiku. Terjadi fenomena matahari tenggelam. Merubah penampakan langit biru menjadi kuning jingga – Benar, aku pengagum warna kuning. Aku selalu ingin melihat kuning. Dimana pun, kapan pun itu. Lantas, aku menjadi pendendam hujan. Dimana kuning sukar ditemukan dalam hujan. Kuhela nafasku ringan, di dekat jendela, kembali pada lembaran beraroma citrus.