Aku melihat matanya, begitu banyak kilauan harapan disana, harapan beribu rasa yang kini aku pendam kepadanya, entahlah, haruskah aku berharap begitu tinggi. Aku tahu diri tentang cinta, dimana aku bahkan terlalu naif untuk menyentuhnya.
Aku terhanyut dalam diam, terhanyut dalam waktu yang kini menghipnotisku…
"mar, bengong aja nih.. kesurupan ya lu?" Simon menghampiri ku, dengan senyumnya yang menusuk ulu hati, oh tidak, aku mungkin berlebihan, tapi itulah kenyataannya.
"sialan… ehh kelas udah sepi banget, kita pulang yuk" ajakku, seketika melihat sekeliling kelas yang kini kosong dan hanya tinggal kita berdua.
"ntar deh, gue nunggu butet" dia tersenyum lagi.
"butet? si liliana natsir maksud lu?" Tanyaku meyakinkan.
"iya, lu tau gak mar?, kemaren dia senyumin gue loh" Ucapnya dengan penuh kegembiraan.