Aku tertegun melihatnya kembali, seseorang yang sudah lama kuhindari. Aku memang masih punya janji kepadanya, tapi aku memang tak bisa menepati. Perpisahan karena emosi terjadi karena pemikiran kilatku, aku arahkan segala cara supaya aku bisa terlepas dari dirinya, delapan tahun aku jalani hidup bersama dengannya, tanpa ada kepastian tanpa ada ikatan. Bahkan, cincin bohongan yang sering dipakai orang pacaran tak pernah dia berikan untukku, selama delapan tahun aku menjalin cerita bersamanya, tak ada bunga mawar, tak ada bungkusan cokelat, bahkan Bapak dan Mamah pun tak tahu akan kisahku dengannya, jika bertemu dia selalu menanti diujung jalan, kisahku dengannya begitu datar"