Aku masih di sini. Bersama dengan Rania di sudut kantin sekolah. Tampak sekali
sekitar kami sudah sepi. Yang memastikan bahwa hampir semua siswa SMA Pramudya
Aksara sudah pulang ke rumah.
"Aku tak bisa, Dai."
Itu adalah ucapan Rania yang sudah dikatakannya lebih dari lima kali sepanjang kami
berbincang sejak bel pulang berbunyi tadi.
Kenapa? aku membatin.
"Kenapa?" aku bertanya hati-hati.
Kuamati lagi gadis yang duduk gelisah di hadapanku ini. Tak mengerti dengan jalan
pikirannya yang selalu berbelit-belit.
Apa sebenarnya dasar logis yang dimiliki Rania sehingga ia menolak kedatangan
cinta yang sudah lama diharapkannya?
"Aku tahu kamu sangat mencintainya, Rania. Terlampau mencintai, malah. Jadi apa
alasannya kamu menolaknya? dia sudah datang untukmu!"
Hampir-hampir saja aku tak bisa menahan amarahku. Syukurlah ada angin yang
berhembus melewati kami dan membuat kekesalanku sedikit berkurang..
Duh.. Rania sungguh keras kepala! umpatku dalam diam.