Sudah berapa kali kita melakukan ini. Ku merapikan kemeja sekolahku dan melirik menuju cermin di kamar mandi. Tiba-tiba Ken memelukku dari belakang dan mencium pipiku. Pipiku yang memerah dan bibirku yang cepat berkomentar mengenai waktu memasuki kelas sudah dekat hanya untuk mengganti topik pembicaraan.
Dia memutar balik badanku dan membenarkan dasiku. Ia mengatakan bila diriku tak perlu khawatir. Kemudian bel berbunyi memecah keheningan tatapan kami.
Usai kelas dia menunggu diriku di depan gerbang seperti biasanya. Teman-temanku selalu menyindir kalau aku selalu pulang dengannya. Tapi memang selain kita di ekstra kulikuler yang sama, kita bukanlah di kelas yang sama. Mendengar kata cie dan ejekan yang lain sudah biasa lah.
Dia selalu mengantarkan diriku ke depan rumahku. Tetapi sekarang kami berencana menonton bersama berdua saja. Selama berjalan kaki menuju bioskop memang sudah biasa kita. Walau begitu menggandeng tangannya membuat diriku tersipu.