Sonya tiba-tiba pingsan, ia sudah tidak sanggup lagi melihat ayahnya terbujur kaku di peti mati itu.
"Sonya, Soy bangunlah!!" teriak Kania menepuk pipi Sonya. Namun Sonya tidak juga bergerak.
"Kania, tunjukan aku di mana kamar Sonya!!" perintah Sendy sembari membopong Sonya.
"Baiklah. Ikuti aku!!" kata Kania sembari menunjukkan kamar Sonya yang ada di lantai dua.
Sendy segera membaringkan Sonya di kasurnya. Ia terlihat sangat lemas dan pucat. Sendy tak kuasa melihat Sonya seperti ini, bahkan masalah selalu menimpanya satu persatu tanpa henti.
"Kania kau di sini menjaga Sonya. Aku akan turun ke bawah!!" kata Sendy dengan raut wajahnya yang murung.
"Sendy. Kau harus bersabar, kau kuat, hanya kau yang mampu membantu mengatasi semua masalah ini, karena Sonya sangat mencintaimu!! kata Kania sembari menggenggam pundak Sendy.
"Baiklah Kania, aku akan berusaha!!" kata Sendy sedikit tersenyum.
"Pergilah!!" kata Kania.