Sendy masih berada di ruang ICU. Ia terus mendekap tangan Sonya dan meletakkan telapak tangan Sonya ke pipinya.
"Sonya, aku mohon. Sadarlah. Aku ada di sini menemanimu!" kata Sendy lirih.
Tuuutt...
Tiba-tiba mesin EKG di sebelah Sonya berbunyi tanpa jeda, Sendy memegang denyut nadi Sonya. Akan tetapi ia tidak merasakannya. Sendy sangat panik dengan kondisi Sonya.
"Dokter, dokter tolong periksa dia. Kenapa nadinya tidak berdenyut!" teriak Sendy memanggil dokter raut wajahnya mulai ketakutan.
Dokter segera membuka lebar mata Sonya menggunakan senter, setelah itu ia mencoba menekan-nekan dada Sonya, akan tetapi grafik di mesin itu berjalan lurus.
"Segera siapkan Defibrillator!!" kata dokter itu.
Alat pengejut jantung itu pun segera di letakkan di dada Sonya.
"Satu, dua, tiga....kita coba lagi. Satu, dua, tiga...!!"
Sendy tidak bisa membendung lagi air matanya, ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan nyawa Sonya saat ini sedang terancam karenanya.