Entah apa yang dirasakannya, wanita itu akhirnya yakin untuk menuju ruang ijab kabul. Menghampiri calon pasangan hidupnya, menggenggam erat jemarinya. Dan air mata mengalir halus di pipinya.
Wanita itu, pada akhirnya akan bersama dengan orang yang dia cintai. Orang yang dari dulu dia cintai. Yaitu aku.
"Kamu tidak apa-apa, sayang?", tanyaku.
"Aku baru saja membaca surat yang dulu kamu tulis.."
"Jadi…?", aku mulai bertanya ragu.
Dia lalu tersenyum dan membisik kepadaku, "Aku juga sangat mencintaimu"
Tepat, di bawah surat yang dulu pernah kutulis, tertulis sebaris pesan:
"Semua janji yang kutulis di atas adalah semua janji yang akan aku langgar. Sungguh, aku sangat mencintaimu."
Semburat jingga di sudut langit memantul ke air danau. Menghias bias bayangan diriku dan haruka yang juga ikut terpantul. Angin lembut menghembus wajah kami, dan menerbangkan desah jiwa kami. Berat.