Sepertinya ia sudah bosan menjelajahi cinta yang muram, alurnya terus-menerus spontan memperlihatkan kebodohan, memangnya ada yang mampu bertahan dengan kisah cinta pelik seperti ini. Terasa jelas tak ada sedikitpun naluri hati menunjukkan ketulusan.
Aku Melda, sudah merasa lelah dengan kebodohan yang lelaki brengsek itu ciptakan. Cinta yang ku ukir secara sempurna, ia hancurkan dengan setitik noda. Dan kau lelaki yang sesungguhnya aku kasihi, yang ku anggap sebagai satu insan pelipur lara, namun pada kenyataannya kau tak jauh berbeda dengan sampah-sampah diluaran sana.
"Beberapa senja lalu kamu bilang, sifatmu yang jelalatan pada setiap wanita itu akan kamu hilangkan, sekarang purnama sudah terpancar, ucapanmu tak bisa ku pegang Sendy!" ujarku lantang disebuah restoran tepat pada malam hari.