Melati bekerja sebagai buruh, di sebuah toko kue tiap hari melati harus berjalan kaki, jarak dari toko kerumahnya berjarak satu kilo meter, melati menyeka peluh yang menetes di keningnya, ia tak pernah mengeluh sedikitpun karna ia sudah terbiasa membantu neneknya untuk memulung barang bekas, meskipun terkadang ia merasakan kakinya yang pegal, namun ia senang bekerja karna ia bertemu banyak orang dan ia juga senang bertemu dengan teman-teman ditempat kerjanya.
***
Toko kue tempat ia bekerja terkenal dengan rasanya yang enak dan lembut, ia mendapatkan pekerjaan informasi dari temannya sewaktu SMA sebenernya ia ingin melanjutkan studinya untuk melanjutkan strata satu, namun ia merasa tak enak dengan neneknya, ia juga tidak enak dengan kenalan neneknya yang sudah dianggap paman oleh melati yang terus menerus membiayai sekolahnya.
***
Sesampainya ia dirumah yang sekarang ia tinggali dengan suaminya ia membuka pintu pagar dan menguncinya baru ia mengambil kunci untuk pintu depan rumahnya, setelah terbuka ia menguncinya kembali dan mencabutnya agar suaminya bisa masuk tanpa harus mengetuk pintu lagi. Langsung ia menuju dapur karna yang dirasakannya kini yaitu haus karna berjalan kaki, ia meletakan wadah bekalnya makan tiap hari ia membawa bekal untuk mengurangi biaya hidupnya. Ia mengambil botol dari lemari pendingin dituangnya air ke dalam gelas yang ia ambil dari rak piring. ia kemudian duduk di kursi yang ada di dapur sebelum minum tak lupa ia membaca basmallah terlebih dahulu, ia menarik napas panjang karna jarak dari rumahnya lumayan membuat kakinya pegal dan kerongkongan menjadi haus, tak lama ia mendengar suara mobil yang masuk ke dalam garasi rumahnya suara mobilnya cukup membuat dirinya merasa kaget dan takut, ia langsung berdiri dari tempat duduknya ia mengambil botol air mineral untuk dibawanya ke kamar.
***
Melati mengunci pintunya ia tak ingin jika suaminya melihat dirinya, berbeda dengan pasangan rumah tangga lainnya jika suaminya pulang pasti akan disuguhkan minum dan senyuman manis dari istrinya namun berbeda dengan pasangan ini melati justru menghindari suaminya karna ia tak ingin terlibat dalam konflik yang tidak pernah usai ia justru memilih untuk mengabaikan suaminya, ia tak ingin rasa sakit dihatinya terus menerus menjadikan dirinya sebagai wanita yang bodoh dan terlihat lemah.
***
Andai saja ia menolak perjodohan ini dan jika ia tidak ingat perasaan neneknya mungkin ia sudah meminta berpisah dari suaminya, ia merebahkan tubuhnya sesekali ia juga mengangkat kakinya agar aliran darahnya mengalir, awalnya Mel berfikir pernikahannya meski tanpa cinta ia akan mampu menjadikan pernikahan yang bahagia, namun justru kenyataannya ia tak mendapatkan kebahagiaan, setelah satu tahun pernikahannya suaminya masih mencintai wanita yang sudah dianggapnya sebagai adik sepupunya bahkan sahabat, karna paman angkatnya adalah ayah dari Saskia, wanita yang disukai bian adalah Saskia meski Saskia sudah memiliki Suami dan seorang putra, bian tak pernah menyentuhnya bahkan menatap dirinya saja seolah jijik, melati merasakan badannya penuh dengan keringat ia akhirnya berdiri dan berjalan mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi agar badannya terasa segar dan harum.
***
Bian masuk ke dalam kamarnya ia mendengar suara gemercik air dari kamar sebelahnya itu tandanya bahwa istrinya sudah pulang, sebenarnya melati tak perlu capek untuk bekerja yang mengharuskan dirinya setiap hari berjalan kaki, namun ia tak ingin pemberian dari Bian ia ingin mendapatkannya dari hasil keringatnya sendiri meski Bian adalah seorang pengusaha, Bian tak ingin dilayani oleh melati untuk makan,minum saja ia tak ingin melati melayani apalagi untuk kebutuhan biologisnya Bian seperti tak nafsu melihat Melati. kamar bian tak boleh melati bersihkan untuk menyuci baju saja bian yang melakukannya sendiri. terdengar aneh memang selama satu tahun melati harus merasakan kucing dan tikus meski tinggal dalam satu atap ia tidak saling kenal bahkan seperti hendak memakan mangsanya.
***
Selesai sholat magrib biasanya melati memasak untuk makan malam meski terkadang hanya mie instan yang ia masak, ia memasak untuk dirinya sendiri, melati menuju dapur namun ia melihat Bian yang masih berada di dapur ia kemudian mundur dan berbalik biasanya bian makan malam tak pernah ada dirumah ia selalu makan diluar, namun ketika melati hendak berjalan Bian menghentikan langkah melati "sudah aku sudah beres mumbuat kopinya" baru kali ini melati mendengar lagi suara dari laki-laki yang dianggapnya suaminya namun tidak untuk suaminya.
***
"mamah menelfon aku ia ingin kita pulang karna ada acara keluarga" bian menatap punggung melati "oh, ya" melati hanya mengangguk dan itu yang dikatakan melati, Bian melintasi melati ia mencium aroma segar dari kopi tersebut membuat perut melati semakin berguncang. nur masih menunduk ia tak ingin bian melihat wajahnya karna bagi bian wajah melati tidak menarik sama sekali. melati sadar ia tak sebanding dengan wajah Saskia terlihat dari cara merawat wajah saja Saskia lebih cantik dibanding dirinya. Saskia pintar, cantik, hanya sifat manjanya dan tak bisa hidup mandiri yang menjadi kelemahan dari Saskia, melati sadar dirinya hanyalah seorang anak yatim piatu ia tinggal bersama neneknya yang tiap hari memulung barang bekas untuk membiayai hidup mereka beruntung melati masih punya paman angkat yang membiayai dirinya berkat keluarga Saskia dirinya dan neneknya hidupnya menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
***
melati mebuka mie instan ia merebusnya dan ia memecahkan dua buah telur agar dirinya tak kelaparan malam harinya. setelah matang ia membawa mie instan beserta nasi kedalam kamarnya ia makan sambil menonton drama Korea yang ia sukai meski terkadang tv nya mengeluarkan gambar tidak jelas karna antena tv sering berputar tertiup angin. ia juga membeli radio tape yang dibelinya di tempat jual beli barang bekas namun setidaknya bagi melati ia sudah mendapatkan hiburan dari tv dan radio, ia tak ingin menerima uang sepeserpun dari Bian, ia justru memperolehnya dari jerih payah dirinya karna bian juga menolak dirinya untuk dilayani meski hanya melayani makan dan minumnya. ia tak ingin mendapatkan julukan materialistis. cukup ia merasakan sakit hatinya karna mencoba untuk melayani suaminya namun hanyalah kepedihan yang didapat melati akhirnya memutuskan untuk mengabaikan bian padahal ia takut akan dosa dan pertanggungjawabannya sebagai seorang istri.
****
bersambung
jangan lupa comennya untuk lebih semangat lagi