Tatapan Calista masih saja mengunci ke arah yang sama meskipun punggung ringkih sudah hilang dari pandangan. "Apa yang sebenarnya terjadi, Kia?" Tanyanya entah pada siapa karena nyatanya ia sedang sendirian di dalam ruangan yang super megah dan mewah itu.
--
Di dalam kesendirian tangis Kiara pecah. Beruntung, untuk saat ini tidak ada satu pun karyawan yang memakai kamar mandi sehingga ia bebas meluapkan kesedihan berselimut suara isak tangis.
"Oh, Tuhan ... ku mohon hapus namanya dari hatiku. Hilangkan dia dari ingatanku. Tetapi kenapa kau hadirkan dia lagi dan lagi di dalam hidupku?"
"Tidak ada yang bisa menghapusku dari hatimu dan juga ingatanmu, baby."
Suara yang datang secara tiba-tiba menyentak kesadaran Kiara. Dengan segera menolehkan wajahnya sehingga beradu tatap dengan pemilik sepasang manik coklat yang menatapnya secara intens.
Kiara bergegas menghapus kasar air matanya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya dengan suara bergetar.