Lenata masih saja menguncikan tatapannya pada punggung kekar yang hilang di balik pintu. "Aku sudah membuatmu sangat marah, menyakiti perasaanmu, menghinamu, bahkan tidak menganggap kehadiranmu. Tetapi kenapa kau masih saja bersikap lembut, Jack? Kenapa?"
--
Surabaya, Indonesia
Luka yang baru saja Calvino torehkan telah menenggelamkannya ke dalam jurang kegelapan berselimut duri pesakitan.
"Kenapa kau berlaku dengan sangat kejam, Vin. Kenapa? Kenapa kau menyakitiku, lagi dan lagi? Apa belum cukup luka yang kau torehkan selama ini, hah?"
Entah sudah berapa lama bermandikan air mata hingga kedua mata bengkak, yang jelas air mata itu pun tak juga berhenti mengaliri muaranya.
"Tak ku sangka kau tega melemparkan kotoran padaku, Vin. Sekarang, bagaimana caraku menjelaskan semua ini ke, Mama – Papa?"