Ingin rasanya membantah perkataan Calvino. Sayangnya, bibir ranum dibungkam dengan sangat posesif hingga tak ada celah bagi Kiara untuk berbicara. Bahkan kini ciuman tak lagi terasa lembut, akan tetapi kian panas dan menuntut.
--
Mendapati nafas Kiara tampak tersengal. Wajah tampan menjauh memberi ruang bagi Kiara untuk menghirup udara sebanyak yang dia mau.
Selama menunggu, jemarinya terulur mengusap pipi dengan penuh kelembutan. Sementara itu, Kiara sendiri tampak acuh. Dia masih saja mengisi paru - parunya yang serasa mau pecah.
Huh, ciumannya selalu saja memabukkan. Bahkan aku pun dibuat kehabisan nafas karenanya. Tak heran jika dia digilai banyak wanita. Ciumannya benar - benar luar biasa. Bahkan melumpuhkan akal sehatku saat ini juga. Batin Kiara.
Mendapati Kiara nya masih saja tersengal telah membuatnya disergap rasa takut. "Apakah ciumanku menyakiti mu?"
Kiara menggeleng.