Terlalu muak dengan sikap Lenata yang pemarah dan selalu saja melayangkan tuduhan yang sama sekali tidak berdasar telah menenggelamkan Calvino ke dalam lautan emosi. Darahnya masih saja mendidih seiring dengan dilajukannya mobil berkecepatan tinggi.
Entah sudah berapa lama membelah Kota Dubai yang jelas tak ada niatan untuk berhenti atau kembali ke mansion. Dia terus saja melajukan mobil berkecepatan tinggi dan entah sudah yang keberapa kalinya seorang Calvino Luz Kafeel memutari pusat kota. Yang jelas Bugatti Veyron masih saja terlihat membelah jalanan. Mungkin sebagian orang akan berfikir bahwa Putra Kafeel sudah gila.
Tidak mau tunduk pada kegilaan, dengan segera memutar balik arah menuju club kesayangan. Dan tentu saja kedatangan Calvino ke club ini bagaikan gulali yang dikerubuti oleh banyaknya semut.
Ya, meskipun tidak ada satu pun wanita yang menarik perhatiannya, akan tetapi para pemilik body Spanyol tak juga ada niatan untuk menyingkir. Justru sikap mereka penuh dengan pemujaan pada lelaki tampan yang terkenal paling sukses di usianya hingga menyandang gelar sang billionaire.
Satu wanita yang paling berpengaruh terlihat melangkah dengan sangat gemulai mendekat ke arah sang billionaire. Dan kedatangannya tersebut membuat para wanita lain mengukir senyum sinis mengiringi langkah kaki menjauh dari sana.
"Uh, Tuan ku Calvino malam ini kau terlihat sangat tampan dan juga ... " jeda sejenak berpadukan dengan menyentuhkan jemarinya pada rahang kokoh lalu, turun pada kerah kemeja dan semakin turun hingga menyusup di antara 2 kancing dibagian atas yang telah terlepas.
Seketika tatapannya berubah sayu penuh pemujaan pada dada bidang yang telah ditumbuhi bulu - bulu halus. Gerakan jemari lentik semakin liar hingga semakin menyusup masuk melebur bersama keseksian dari kulit kekar. Sementara yang digoda masih saja menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata memejam rapat.
Meskipun permainan jemari lentik terlihat liar dan menggoda, akan tetapi tidak bisa menarik minat seorang Calvino. Bahkan tergoda sedikit pun sama sekali tidak. Justru yang Calvino rasakan adalah muak pada perempuan liar yang dengan sengaja menjajakkan tubuh hanya demi lembaran dolar.
Sayangnya, sang wanita tak juga berhenti hingga dengan lancangnya menyentuh pada kekokohan yang berada di antara pangkal paha. "Kau boleh saja mengacuhkanku Tuan ku Calvino. Tetapi rasakan sentuhanku yang ini. Uhm, sangat liar dan pastinya memabukkan." Menyentuh, membelai hingga berakhir dengan remasan lembut.
Siluet memicing beriringan dengan senyum puas ketika merasakan sang target masuk ke dalam perangkap. "Sudah ku bilang bahwa siapa pun itu tak akan pernah bisa mengabaikan pesonaku." Bisiknya tepat ditelinga Calvino beriringan dengan sentuhan lembut pada daun telinga. Sementara jemarinya tampak sibuk di bawah sana.
"Singkirkan tangan mu, bitch!" Desis Calvino dengan kedua mata memejam rapat. Sayangnya, sang wanita terlalu keras kepala. Terlebih ketika merasakan bagian bawah semakin mengeras. Senyum puas kian menghiasi bibir merah merona.
Sayangnya, senyum kemenangan tersebut tak bisa bertahan lama dan bergantikan dengan tubuh menggigil hebat ketika bermanjakan tatapan tajam mematikan dari sepasang sileut coklat. "Kelancangan mu ini harus kau bayar mahal, Nona!" Ucapnya penuh janji.
Sang wanita semakin menggigil ketakutan merasakan sakit pada rahang. Tidak hanya itu. Kini, dia pun terpaksa menelan cairan asin yang dia yakini darah segar akibat cengkeraman yang sangat kuat. Sialnya, cengkeraman tak juga terlepas. Justru terasa semakin erat hingga terdengar tulang di patahkan.
Suara bariton kian menggema hingga memenuhi seluruh ruangan. Sedetik kemudian sang pemilik club sudah hadir di hadapannya dengan membungkukkan badan. "Iya, Sir."
Siluet coklat kian menajam. "Seret wanita menjijikkan ini dari hadapanku!" Melempar tubuh sang wanita sehingga terhuyung ke belakang. Beruntung sang pemilik club bergegas menopang sehingga tubuh molek tersebut tak sampai menyentuh dinginnya lantai club.
Merasa tidak terima diperlakukan dengan sangat tidak hormat. Sang wanita langsung melayangkan protes. Meskipun dalam keadaan susah berbicara, dia tetap saja mengeluarkan suara demi menuntut pertanggung jawaban atas perbuatan Calvino.
"Jadi kau menuntut pertanggung jawaban ku, bitch?" Meskipun nada suaranya terdengar lirih, akan tetapi penuh hinaan.
"Perlakuan mu ini harus kau bayar dengan sangat mahal." Geram sang wanita.
"Berapa harga yang harus ku bayar?" Tanyanya dengan meraih segelas minuman kesukaan lalu, menyesapnya sebelum mencengkeram gelas tersebut dengan sangat kuat ketika pendengarannya dipenuhi oleh permintaan sang wanita yang sama sekali tidak masuk akal. Bibir kokoh tampak menyungging senyum penuh penghinaan. "Wanita rendahan akan selalu bersikap rendahan."
"Kau!" Geram sang wanita sembari memegangi rahangnya yang terasa sakit ketika digerakkan. Sementara Calvino tanpa rasa bersalah sedikit pun tampak menyungging sebuah senyuman dengan mengangkat sudut bibirnya. "Ini yang kau mau kan?" Mengacung - acungkan segepok dollar.
Tatapan sang wanita membeliak seketika, akan tetapi di depan Calvino, dia berpura - pura acuh seolah tidak perduli dengan banyaknya dollar di tangan.
Bibir kokoh kian menyungging senyum smirk berpadukan dengan tatapan menajam seolah meminta kepada sang wanita supaya mendekat. "Saya tahu Anda menginginkan ini." Bersamaan dengan itu mengisyaratkan melalui jari telunjuk supaya sang wanita segera mendekat.
Uh, kalau sudah bermanjakan dengan uang siapa yang bisa menolak? Tidak ada! Semua wanita yang mendekati Calvino hanya mengejar kemewahan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa ketampanan Calvino sangat memikat, akan tetapi sesuatu yang silau yang melekat kuat di dalam diri Calvino lah yang lebih menarik perhatian mereka.
Dengan gerakan gemulai sang wanita mendekat mencoba untuk menggoda sang billionaire. Meskipun pernah gagal dengan merasakan sakit di bagian rahang, akan tetapi niat untuk melemparkan tubuh di antara lengan kekar tak bisa terpatahkan begitu saja.
"Uh, Tuan ku Calvino ... selain tampan kau memang terkenal sangat royal ke semua wanita. Dan malam ini aku merasa sangat beruntung menjadi wanita mu, sayangku. Dan ... " kalimatnya terjeda berpadukan dengan lirikan tajam yang dia lemparkan pada segepok dolar kemudian tanpa rasa malu sedikit pun langsung mengambilnya begitu saja. "Dan dengan ini maka, malam ini kau akan sangat terpuaskan oleh ku, sayang." ucapnya dengan menggingit ujung bibirnya.
"Dasar wanita murahan kau bitch."
"Hina aku semau mu, sayang. Yang jelas malam ini akan kita lewatkan dengan sangat panas."
"Yang kau katakan ini sangat benar sekali, Nona. Tidak hanya panas tapi, malam ini akan menjadi malam berharga di dalam hidup mu."
"Uh, sayang kata - kata mu ini terdengar panas dan ... liar."
"Ya, kau benar sekali, Nona. Aku memang liar, seliar caraku memberi hukuman pada jalang kecil seperti mu!" Bersamaan dengan itu langsung mendorong tubuh sang wanita dengan sangat keras sehingga terjatuh ke tengah - tengah para bodyguard.
"Dasar wanita hina! Menjijikkan!" Desisnya dengan tataan muak yang sengaja dia lemparkan ke arah sang wanita.
🍁🍁🍁
Next chapter ...