Jemari kekar terulur mengusap bulir-bulir air mata dengan ibu jari. "Jangan jadikan kami alasan kesedihanmu, Nona Kia."
--
Malam yang semakin menjemput semakin membuatnya disergap rasa resah, gelisah. Kiara terlihat berdiri di dekat jendela bermanjakan gemerlapan lampu kota Barcelona. Entah sudah berapa lama menguncikan tatapannya sehingga tidak menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya dari ambang pintu.
"Semenjak kedatanganmu ke London, tak sekali pun sorot matamu menyirat kebahagiaan. Yang terlihat hanya kesedihan berbalut luka mendalam. Sebenarnya masalah apa yang sedang kau alami, Kia?"
Tidak mau apabila kehadirannya disadari oleh sahabat tercinta. Ia pun menutup pintu perlahan beriringan dengan langkah kaki menjauh dari kamar Kiara.
"Earl, apakah kau baru saja dari kamar, Nona Kia?" Sang Mama bertanya dengan tatapan menelisik pada wajah cantik.
Calista mengangguk.
"Kalau begitu mana, Nona Kia? Kenapa tidak turun bersamamu?"