Chereads / The Seventh Guardian Of God / Chapter 1 - Awal dari sebuah perjuangan

The Seventh Guardian Of God

DaoistkoMFYA
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal dari sebuah perjuangan

Keserakahan telah membutakan manusia di dunia ini Jabatan, Harta, Kekuasaan, dan Kekuatan semakin melengkapi sikap angkuh dan sombong manusia. Akibatnya banyak orang yang kurang mampu, Anak yatim, dan Orang tua semakin terlantar dan terabaikan.

Banyak sebagian dari mereka kelaparan dan bertahan hidup dengan cara memungut sisa - sisa makanan dari Restoran atau rumah orang kaya. Tangan mereka bagaikan Kain melapisi Ranting sangat kurus dan pucat.

Hal itu lah yang saat ini juga dirasakan oleh anak bernama Michael J Hamzah tersebut.

Anak itu terlahir dari keluarga petani kecil di seberang Kota yang sangat jauh dan memiliki satu Saudari perempuan bernama Patricia J Hamzah.

Bersyukurlah dia karena masih memiliki kedua Orang tua yang sangat menyayanginya dan rela membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan juga adiknya.

Tetapi dia tidak ingin menjadi beban bagi kedua Orang tuanya lebih dari itu dan lebih memilih membantu kesibukan mereka sehari - hari.

"Nak, mari kita pulang hari sudah mulai gelap,"

"Tadi ayah memetik beberapa jagung untuk kita bawa pulang." Sambungnya sambil memegang beberapa jagung ditangannya.

"Oke Yah." Sambil mengemasi barang.

Sesampainya mereka di depan halaman rumah, mereka disambut hangat oleh ibu dan adiknya Patricia.

"Kakak!" Sambil melambaikan tangan dan memberinya senyuman hangat.

Michael menyambutnya dengan melentangkan kedua tangannya untuk bersiap memeluknya penuh cinta.

"Kakak dari mana? Aku kesepian tau, tidak ada yang mengajakku bermain..." Katanya lirih dipelukkan Kakaknya.

Kakaknya membalas senyum manis kepadanya. "Iya maafkan Kakak, ya? Kan kamu tahu sendiri kakak ini sangat sibuk sekali ... ini ambilah, Anggap saja ini permintaan maaf dariku." Sambil memberikan sebuah jagung yang tadi dipetikkan oleh ayahnya.

"Wah, Terima kasih, Kak!" Dia menerimanya dengan tangan kecilnya disertai dengan senyum manis diwajahnya tanda dia senang sekali.

Dalam lubuk hatinya Michael senang sekali melihat adiknya bisa tersenyum kembali, karena berbagai kesibukannya sampai dia tidak punya waktu luang untuk permata kesayangannya itu.

Michael segera masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan dirinya untuk bersiap makan malam bersama.

Setelah makam malam selesai, mereka menghabiskan malam dengan bersenda gurau dan tertawa bersama melepaskan beban lelah seharian bekerja.

Suasana hangat sangat Michael rasakan pada malam ini dan membuatnya bersyukur masih memiliki mereka bertiga di tengah keadaan susah yang menghimpit keluarganya.

Mentari telah terbit dari ufuk timur dan kilauan cahayanya menembus lubang ruang kamarnya. Michael segera bangun untuk bersiap membantu pekerjaan ayahnya di ladang.

Nampak sang ayah sudah bersiap untuk berangkat dengan cangkul di atas pundaknya. Dia segera bergegas mempersiapkan semua keperluannya untuk berangkat bersama ke ladang.

Kemudian ibunya datang menghampirinya dengan membawakan bekal ditangannya untuk makan siang mereka nantinya.

"Bu, Michael berangkat dulu, ya? Terima kasih untuk bekalnya." katanya.

"Iya, sama - sama, Nak." jawabnya dengan senyum penuh cinta.

"Kakak berangkat dulu, Kamu jangan nakal sama Ibu, ya?" Sambil mengelus kepalanya.

"Emh, Patricia janji!" Sambil mengangguk dan memberi senyuman manis.

Mereka berdua akhirnya berangkat bersama ke ladang untuk bekerja seperti biasanya.

Sesampainya di ladang ayahnya langsung memulai kerja dan kembali mengangkat cangkulnya untuk menggemburkan tanah yang keras itu.

Sedangkan Michael bagian yang menanam benihnya terkadang mereka juga bergantian melakukannya.

Seharian mereka bekerja mengolah lahan yang tandus itu untuk nantinya ditanami berbagai macam sayur dan buah - buahan.

Nampak usaha keras mereka hari ini hampir selesai tetapi tak terasa matahari hari sudah hampir tenggelam di ufuk barat.

"Nak, mari kita pulang! Kita lanjutkan lagi besok."

Mereka berdua memutuskan pulang sebelum hari gelap.

Sesampainya mereka di depan rumah Michael merasakan hawa suasana di sekitar rumahnya nampak berbeda dari hari sebelumnya. Terasa sepi dan sunyi tidak ada sapaan hangat dari ibu dan adiknya hari ini.

Michael memutuskan untuk masuk ke dalam dan segera membersihkan tubuhnya yang kotor dari peluh keringatnya seharian di ladang.

Sesudah membersihkan tubuhnya dia langsung menuju ke ruang keluarga untuk makan malam nampak sang ayah juga sudah berada di sana dan duduk di sebelah ibunya.

Nampak Patricia menangis sedih di sebelah ibunya dan wanita itu nampak duduk diam termenung. Michael datang menghampiri mereka dan duduk di sebelah ayahnya.

"Bu, Ada apa dengan Patricia? ... Kenapa dia menangis?" Tanya Michael.

sang ibu hanya menunduk diam membisu dengan raut muka yang sedih hampir meneteskan air mata.

Dalam benak hati Michael hanya ada perasaan bingung dan sedih melihat apa yang sedang terjadi didepannya.

Ada apa ini, Apa yang sebenarnya terjadi? Pikirnya dalam hati kebingungan.

Patricia terus menangis sedih di sebelah ibunya.

Hati Michael seperti tersayat pisau tajam melihat Permata Kesayangannya bersedih. Kemudian sang ayah meredakan suasana dengan berkata. "Kak, Bawa Adik ke kamarnya, mungkin dia kelelahan, biar ayah yang menemani Ibu disini."

Michael mengiyakan apa yang diperintahkan oleh ayahnya tersebut dan segera bangkit berdiri mengangkat tubuh adiknya untuk di 'bawa ke kamarnya.

"Sudah ya, Dik!"

"Kamu jangan menangis lagi, Kakak akan selalu melindungi mu dan menemani kamu, apapun yang terjadi!" Sambil memeluknya.

"Janji ya, Kak?" Dengan suara serak.

Michael mengacungkan jari kelingkingnya untuk membuat janji dengan Patricia. adiknya kemudian meraih jari kelingking kakaknya dengan senyum senang diwajahnya dan akhirnya mereka berpelukan bahagia.

Setelah berhasil menenangkan Patricia dia kemudian menidurkannya kemudian pergi keluar untuk menemui ayah dan ibunya di ruang tengah.

Waktu Michael berjalan di dekat ruangan tersebut dia mendengar sedikit pembicaraan mereka berdua. Dia mengurungkan niatnya untuk menemui mereka secara langsung dan lebih memilih menguping pembicaraan mereka berdua dari balik pintu.

"Ibu kenapa bersedih? Ini leher Ibu kenapa lebam begini, seperti bekas pukulan?" Tanya Ayah sedikit samar.

"Tadi ada bangsawan kesini, mereka bilang akan menghancurkan rumah kita besok, kalau kita tidak segera pergi,"

"Ibu tadi mencoba menghadang mereka, Tetapi mereka malah memukulku." Jawab Ibu.

"Ini tidak bisa dibiarkan!"

"Rumah kita ini menyisakan banyak kenangan yang terukir disini, Tidak aku tidak rela rumah kita ini dihancurkan!" Kata ayah dengan lantang dan tegas.

Wanita itu berusaha membujuk Suaminya untuk tidak melakukan hal nekat demi mempertahankan rumahnya tersebut.

"Sudah tidak apa - apa, Yah!"

"Kita bisa membuat rumah lagi suatu hari nanti." Dengan bercampur isak tangis dari suara ibu.

Tetapi sang ayah tetap bersikukuh keras dengan pendiriannya walaupun ia tahu hal buruk akan terjadi padanya besok.

Michael yang mendengar mereka bertengkar, hatinya sangat sedih dan tidak kuat untuk melanjutkan menguping perdebatan mereka. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar pikirannya masih terbayang - bayang tentang perdebatan mereka berdua barusan. Akhirnya Michael menyadari kenapa Patricia tadi menangis dan ibu yang hanya terdiam membisu dalam lubuk hatinya ia berharap keadaan besok akan membaik dan berjalan seperti mana biasanya.

Keesokan paginya Michael terbangun seperti biasa.

Matahari terbit dari ufuk timur dengan sangat cerah. Cahayanya menyilaukan matanya dan dia langsung bergegas bangun untuk segera mandi agar tidak tertinggal oleh ayahnya berangkat bersama.

Sewaktu di kamar mandi dia mendengar suara keributan yang datang dari luar dan seperti suara bentakan seorang pria.

Dia kaget dan segera memakai pakaiannya untuk beranjak keluar dan mengecek apa yang sedang terjadi di sana. Setelah di buka pintunya ternyata itu adalah bangsawan yang kemarin malam di ceritakan oleh ibu di kamarnya.

Terlihat salah satu dari mereka sedang berteriak memaksa ayah untuk angkat kaki meninggalkan rumah. Kemudian ayah segera masuk ke dalam rumah dan tak berapa lama keluar kembali sambil membawa sebuah pedang.

"Apa? jadi kau berani menentang perintahku!"

"Tanah yang kau tinggali ini tidak lebih dari segelintir belas kasih kami." Hina salah satu dari mereka.

"Pergilah kalian dari sini!"

"Dan jangan pernah mengganggu hidup kami lagi!" Teriak ayah dengan lantang.

"Bunuh dia!" Perintah salah satu bangsawan sambil mengacungkan pedangnya.

Akhirnya adu pedang tak terelakkan lagi.

Michael hanya bisa melihat sang ayah bertarung dari balik pintu tanpa bisa membantunya sedikit pun.

Sedangkan ibunya hanya bisa menangis melihat mereka bertarung.

"Hentikan!" Teriak sang ibu dengan keras sembari menangis.

Tetapi teriakannya tidak di dengar oleh mereka, sampai pada akhirnya sang ayah berhasil mengalahkan salah satu dari mereka.

"Ah, boleh juga kamu Pak tua, Siapa namamu?" Tanya salah satu bangsawan dari atas kuda.

"Josh Hamzah!" Jawabnya.

"Josh?" sambung Bangsawan itu penasaran.

Sepertinya aku pernah mendengar nama itu... pikirnya.

"Apakah kau salah satu dari Empat Legenda Ahli Pedang?" Tanya dia.

Michael terkejut mendengar itu dari balik pintu.

Apakah benar yang mereka katakan kalau ayahnya adalah seorang ahli pedang bahkan sampai dijuluki Legenda. Tetapi lelaki yang bernama Josh itu dengan erat menggenggam pedangnya yang telah berlumuran darah dan lebih memilih untuk diam hanya merunduk ke bawah.

"Bergabunglah bersamaku, Maka akan ku ampuni keluargamu!" Ajak salah satu bangsawan.

"Aku tidak sudi bergabung dengan orang pengecut seperti kalian, Yang hanya berani menindas orang lemah seperti kami!" Balasnya dengan lantang.

Para bangsawan itu akhirnya naik pitam merasa harga diri mereka di injak - injak oleh perkataannya.

"Biarkan aku merobek mulut orang ini!" Kata salah satu bangsawan yang hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya yang; bertarung melawan Josh Hamzah akan tetapi dicegah oleh bangsawan lain.

"Izinkan saya yang menghabisi orang sombong ini," Sahut Bangsawan lain.

"Anda tidak perlu sampai mengotori tangan hanya untuk membunuh Cecenguk sepertinya!" Sambungnya sambil beranjak turun dari kuda.

Ternyata Bangsawan itu adalah Charless van Houten salah satu kesatria Roubuls Kingdom yang sangat kuat.

Menurut kabar yang beredar dia terkenal dengan sifat sadis dan tidak mengenal rasa ampun kemampuan berpedangnya juga sangat hebat dan tidak diragukan lagi.

"Ayah, Larilah!" Teriak Michael

"Kau tidak akan bisa mengalahkannya dengan kondisimu yang seperti itu!" sambungnya memperingatkan sang ayah.

Tetapi teriakannya tidak di dengar olehnya dan dia lebih memilih untuk bertarung sampai akhir.

Josh langsung berlari ke depan ke arah Charless bersiap untuk menebasnya tetapi gerakannya dengan mudah dihindari olehnya dengan cepat dia membalas serangan Josh menggunakan pedangnya.

"Slasshh!"

Lengan kiri Josh terkena tebasan pedang dari Charless dan mengeluarkan banyak sekali darah. Istrinya yang melihat suaminya terluka tubuhnya secara reflek langsung berlari menghampirinya sambil menangis.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Charless untuk membunuh Istrinya yang sedang berlari mendekati Josh.

Dengan sigap Josh langsung bangkit dan berlari melindungi istrinya dari tebasan pedang Charless. Akhirnya Josh terluka parah pada bahu kanannya tersayat pedang dengan sangat dalam. Darah segar mengalir keluar dengan sangat banyak membasahi tanah yang mereka pijak.

Josh langsung tersungkur ke tanah tak berdaya sedangkan istrinya hanya bisa menangis di samping tubuhnya yang terluka parah. Charless yang melihat Josh sudah tak berdaya seketika langsung melihat ke arah Michael yang mengintip mereka dari balik pintu dengan tatapan dan aura membunuh yang sangat mengerikan.

Karena sangat takut tubuh Michael sampai tidak bisa bergerak tetapi dengan sigap langkah kaki Charless dihentikan oleh tangan ibunya.

"Larilah Michael! Selamatkan Adikmu!"

"Jangan kau pedulikan kami!" Teriak Ibunya sambil memegang kaki Charless.

Dalam lubuk hati Michael dia merasa tidak tega meninggalkan mereka berdua sementara masih ada Patricia di sana yang harus dia selamatkan dan juga dia sudah berjanji kepadanya.

Dengan berat hati Michael meninggalkan mereka berdua dan segera berlari masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan adiknya tersebut. Nampak Patricia yang masih tertidur nyenyak di kasur seketika langsung di angkat dan digendongnya kemudian langsung berlari pergi lewat pintu belakang.

"Arrrkhhkhggh!" Terdengar suara jeritan dari ibunya yang sedang kesakitan.

Dia terus berlari sambil memejamkan matanya karena tidak kuat menahan air mata yang hampir menetes.

Michael terus berlari tanpa tahu arah tujuan. Terdengar di kedua telinganya dari belakang deru kaki kuda.

"Shutt!"

Suara Anak panah melesat hampir mengenainya dan menancap di pohon sebelahnya. Nampaknya para bangsawan itu tidak akan membiarkannya lolos.

Dia terus berlari dengan sangat kencang masuk ke semak - semak. dia tidak menyadari kalau telah masuk ke dalam jurang. Akhirnya mereka berdua terjatuh tak sadarkan diri ke dasar jurang yang curam tersebut.

Selang beberapa saat, Michael terbangun dan merasakan kepalanya masih sakit. dia berusaha bangun dan mendekati Patricia yang jatuh tidak jauh darinya. Dia ternyata masih pingsan karena benturan keras tersebut. Michael kemudian mengangkat dan menggendong tubuhnya.

Dia kemudian menyandarkan tubuhnya di batu besar tepi sungai. Michael memberi sedikit percikan air ke wajahnya dan Patricia mulai membuka mata.

"Kak, ini dimana? Ah! kepalaku sakit!" Rintihnya yang mulai sadar.

"Istirahatlah dulu, kau jangan banyak bergerak." Sahut Michael.

Michael kemudian pergi mencari kayu di sekitaran tempat tersebut untuk dia gunakan menangkap ikan dan membakarnya. karena dia belum makan sejak tadi pagi adiknya pun juga masih tidur pulas sebelum dia gendong pergi menyelamatkan diri.

Setelah di rasa cukup ikan yang di dapat, dia kembali ke tepi sungai dan langsung membuat nyala api untuk bersiap membakar ikan tersebut.

Setelah cukup lama ikan di bakar akhirnya ikan itu pun matang. Mereka berdua langsung menyantapnya dengan lahap karena saking laparnya.

Setelah selesai makan mereka berdua kembali melanjutkan berjalan menyusuri hutan untuk mencari jalan keluar. Setelah cukup lama mereka berjalan naik dan menuruni bukit tak terasa hari sudah semakin gelap dan hujan akan segera turun.

"Kak, aku sudah tidak kuat berjalan lagi, Kaki ku terasa sakit."

Michael segera menggendongnya kembali karena mau istirahat hari sudah semakin gelap dan hujan sudah mulai turun. Dia terus berjalan sambil terus menggendong adiknya yang sudah lemah untuk berjalan.

Setelah berjalan lama menyusuri hutan akhirnya dia menemukan jalan setapak. Michael terus berjalan menyusuri jalan itu sampai dia menemukan ujungnya. Cukup lama dia berjalan kakinya mulai terasa sakit dan dia belum juga menemukan ujung dari jalan tersebut.

Rasa lapar juga sudah mulai ia rasakan, tubuh Patricia yang terasa dingin dan gemetar tersiram guyuran hujan membuat hatinya menjadi cemas dan khawatir. sementara hujan terus mengguyuri tubuh mereka berdua.

Michael terus berjalan memaksakan diri karena hari sudah semakin gelap dan dia berharap ada orang baik yang menolongnya di hutan yang gelap ini.

Karena hari sudah semakin gelap dia mempercepat langkahnya dengan sisa tenaga yang Ia miliki walaupun, tubuhnya sudah tidak mampu menyanggupinya lagi.

Dia merasa lemas dan kakinya sudah terasa pedih untuk di ajak melangkah lagi. Akhirnya Michael jatuh tersungkur di tanah tak berdaya di bawah guyuran hujan yang deras, dan di tengah hutan yang gelap berdua bersama adiknya.