Rafael benar-benar mencintai hanny. Hanny mau bukti. Rafael akan membuktikannya. Rafael langsung menarik hanny yang akan keluar dari kamar hotel. Rafael segera mengambil remot kontrol untuk mengunci pintu kamar mereka. Agar tak ada orang yang mengganggunya.
"Tuan mau apa?"
Hanny yang jatuh diatas tempat tidur karena ditarik rafael perlahan merangkak mundur diatas kasur.
"Kamu mau buktikan?"
Rafael perlahan mendekati hanny dan membuka bajunya. Benar-benar melepas bajunya. Hanny melirik keluar jendela kamar hotelnya..
Kalau benar yang ada dipikiran hanny, rafael akan melakukannya sepagi ini. Hanny membelalak menatap rafael.
Takut? Iya. Hanny belum pernah melakukannya. Dia dengar rasanya sakit. Tapi setelahnya, nikmat? Tapi tetap saja awalnya sakit. Hanny sedikit belum siap.
"Saya akan membuktikannya." kata rafael lagi.
Kali ini dia sudah naik keatas tempat tidur. Dia mengunci tubuh hanny dalam kungkungannya. Hanny ada dibawah tubuh rafael.
"Tuan hanya melakukannya untuk mama kan? Untuk memberikan cucu pada mama. Kalau itu lakukan. Saya juga menyayangi mama tuan." kata hanny memalingkan muka, tak mau seutuhnya melihat tubuh rafael. Atau melihat rafael melakukannya pada dirinya sendiri.
"Settt.."
Rafael kesal. Dia tak sengaja mengumpat. Dia kesal, hanny tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Iya. Jadi kamu harus melakukannya."
Rafael benar-benar masih keras kepala dan gensi, mengaku cinta pada wanita sewaannya.
"Hmm..."
Hanny menangis. Memejamkan matanya. Membiarkan rafael melakukan apapun. Rafael mulai membuka setiap pakaian yang hanny kenakan. Dia mulai menciumi leher jenjang hanny yang mulus. Hingga bergerak ketelinga hanny.
"Kenapa kamu tidak percaya?" bisiknya ditelinga hanny.
"Tuan sering bohong." kata hanny tanpa menatapnya.
"Tapi kali ini tidak." balas rafael lagi.
"Saya tak akan tertipu dengan mudah untuk kali ini." kata hanny.
"Saya akan melakukannya dengan lembut. Kalau saya melakukan itu, apa kamu percaya?"
Hanny hanya diam. Ada benda asing yang mulai menjamah miliknya. Setelahnya hanny menikmati itu. Rafael benar-benar melakunnya dengan lembut.
Entah rafael jujur atau tidak. Hanny juga ingin membahagiakan mama rafael.
Rafael dan mengakhiri sesi permainan mereka karena telpon rafael sejak tadi berbunyi. Rafael juga sudah menanamkan benihnya pada hanny secara langsung.
Hanny masih diam membelakangi rafael. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang tanpa busana.
Senang?
Sedikit. Karena rafael benar-benar melakukannya dengan lembut. Sedikit sakit? Memang. Tapi selebihnya nikmat. Hanny menangis. Air matanya keluar begitu saja. Entah kenapa.
"Halo ma?"
Suara rafael yang mengangkat telpon dari mamanya.
"Iya ma, kita kesiangan. Mama sama yang lain duluan aja. Mama sama papa sama bisma mau balik ke rumah ya?" tanya rafael lewat telpon.
Hanny hanya diam menguping dan terus membelakangi rafael. Hanny sedikit malu. Benar-benar malu melihat rafael secara langsung setelah dia melakukannya. Rafael juga sudah melihat semua tubuhnya.
Ahh..
Memalukan bagi hanny. Mungkin kalau rafael benar-benar mencintainya hanny tak akan malu. Tapi ini? Meragukan.
"Kita nanti nyusul aja ma. Ada urusan bentar." kata rafael yang membuat mamanya terkekeh disebrang sana.
Hanny yang mendengar mamanya tertawa malah bergidik geli. Hanny menarik selimut bersama dirinya menuju kamar mandi.
Hanny akan mandi dan membersihkan dirinya. Hanny rasa dia dan rafael sudah ditunggu mamanya rafael.
"Dia lagi mandi ma." kata rafael malah bercanda dengan sang mama.
"Semoga jadi ya, raf. Kalau jadi nanti kamu jagain yang bener." kata mama rafael dari sebrang sana.
"Iya ma. Doain aja. Apapun asal mama bahagia."
Rafael mengakhiri telponnya. Dia hanya menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Rafael tersenyum membayangkan orang yang ada didalam.
"Suka."
Singkat rafael menatap pintu kamar mandi. Rafael suka semua yang ada ditubuh hanny. Nikmat dan memuaskan.
*
Rafael dan hanny harus menyusul papa dan mamanya yang sudah ke rumah. Bisma bahkan sudah ada di kampus.
Keduanya baru turun dari mobil. Hanny turun dari sisi lain diikuti rafael. Beberapa pelayan datang dan mengambil koper dibagasi mobil belakang mereka.
Hanny jalan dengan sedikit menahan sakit dan rasa aneh dibawah miliknya. Dia jalan perlahan.
Mama rafael sudah ada didepan untuk menyambut mereka dengan pipi merona membayangkan apa yang rafael sebut keperluan ditelpon.
Papa rafael juga masih diluar. Dia baru akan ke kantor setelah istirahat dan sarapan sebentar.
"Sayang gimana?" mama rafael langsung menghampiri hanny.
Hanny meringis kesakitan, tapi sedikit senyum. "Sakit ma dikit." bisik hanny disamping mama mertuanya. Mama hanny malah ketawa.
"Nanti juga ketagihan." kata papa rafael yang ikut tertawa melihat jalan hanny. Rafael juga ikut tertawa.
Hanny tak berani menatap papanya. Dia malu. Ketahuan walau sudah berbisik. Mama rafael menuntun hanny masuk sementara rafael dan papanya langsung ke kantor. Ada keperluan kerjaan yang memang sudah rafael atur setelah pernikahan dia akan langsung ke kantor untuk mengecek pekerjaan yang dia tinggal. Lagi pula tinggal menunggu hasilnya.
"Non, kenapa jalannya?" tanya ningning yang sudah ada di rumah rafael. Bersama dengan mina dan ibu-ibu mereka.
Dua wanita paruh baya itu tau apa yang terjadi pada hanny. Mereka hanya terkekeh mendengar pertanyaan ningning yang sangat polos. Sementara mina langsung menutup mulut ningning.
"Jangan banyak tanya." kata mina melotot pada ningning.
"Tapi kan pengen tau. Nona sakit?" tanya ningning lagi menyingkirkan tangan mina yang menutup mulutnya. Ningning itu daya ingin taunya besar. Dia masih belasan tahun, lebih tepatnya 17 tahun.
"Ningning, sudah dibilang diam." kata mina muntup mulut ningning lagi, kali ini dengan dia telapak tangan.
"Mmmmm..." ningning lagi-lagi mencoba melepaskan tangan mina dari mulutnya.
"Ningning, jangan tanya soal ini ya. Nanti saya pecat loh kalau tanya." kata hanny dengan tegas ketika mulut ningning lepas dari bekalan mina dan hampir bertanya lagi.
Ningning langsung membungkam mulutnya sendiri. Sementara mama dan dua pembantu wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu mina dan ibu ningning makin terkekeh.
"Nona dah mirip kayak tuan rafael ya cara bicaranya." kata ningning dalam bekapan mulutnya.
Hanny baru akan melangkah melewati ningning. Tapi dia berhenti. Hanny baru sadar nada bicaranya terlalu tinggi. Tak sopan.
"Ningning, mina, bibik, maaf ya. Saya gak maksud. Saya cuma sedikit kesal karena rafael membuat saya sakit." kata hanny keceplosan.
Hanny membuang muka dan langsung melangkah pergi. "Saya mau istirahat dulu. Nanti saya temui kalian lagi. Saya juga kangen." kata hanny tanpa melihat kebelakang karena terlalu malu.
"Semoga yang ini cepat jadi dan lancar sampai melahirkan nanti ya nyonya." kata ibu mina pada mama rafael. Begitu juga dengan Mina, Ningning dan Ibu Ninging.
"Semoga Non Hanny bisa bahagia sama Tuan Rafael sampai mau memisahkan."
Semua orang mendoakan dan mengharapkan hal yang sama.