Chereads / DADY / Chapter 5 - MENUNGGU HASIL?

Chapter 5 - MENUNGGU HASIL?

karena terlalu lemas, Rafael memutuskan untuk menggendong hany hingga ke kamarnya. Ketika Rafael akan pergi hany menahan tangannya.

"Tuan saya boleh makan, kan?" tanya hany pada Rafael.

Sekali lagi, hati Rafael bergetar ketika hany menyentuh tangannya. Rafael sendiri tidak tau kenapa hatinya selama itu pada hany. Rafael mengangguk.

Tentu boleh makan. Hany bahkan harud banyak makan dan makan-makanan bergizi. Seperti kata dokter.

"Tuan, panggilkan ningning atau bibik, atau yang lain. Tadi pagi saya sudah meminta mereka memasak. Saya tidak enak kalau saya tak jadi memakan masakan yang sudah mereka buat " kata hany lagi pada Rafael.

Masakan tadi pagi?

Tidak. Artinya itu masakan basi? Bukan basi sih. Tapi itu masakan tadi pagi. Rafael tak mengizinkannya. Dia akan meminta mereka untuk menjaga pola makan hany hingga masakan untuk hany. Masakan yang baru bukan basi.

"Saya akan minta mereka membuat masakan yang baru." kata Rafael tak terbantah.

Rafael pun turun dan meminta pada pembantunya untuk membuat masakan baru. Masakan yang tadi pagi terserah mau diapakan.

Di kamar hany kesal sekali, dasar si kaku Rafael. Menyuruh pembantu untuk membuang masakan, sangat disayangkan. Padahal mereka pulang dari klinik sekitar jam 12 siang. Itu masih bisa dipanaskan dan dimakan. Menyusahkan para bibik saja.

Tak lama ningning datang dengan membawa masakan baru. Dia juga membawa segekas susu. Setelah dari klinik Rafael memerintahkan supirnya untuk mampit ke apotik tadi, membeli obat yang sudah diresepkan dokter juga susu hamil untuk hany. Untuk pembuahan hany.

"Apa itu susu hamilnya?"

Tanya hany pada ningning yang menaruh bawaanya di nakas dekat tempat tidur hany. Ningning mengangguk.

Tak lama Rafael datang kembali ke kamar. Ningning langsung pamit. Rafael hanya ingin memastikan hany memakan makanannya dan susunya dengan benar. Rafael menatap hany yang akan makan.

"Tuan, apa anda tak ada pekerjaan? Kenapa anda hanya melihat saya makan?" tanya hany yang risih ditatap rafael ketika makan..

"Saya hanya ingin memastikan kamu makan dengan baik dan meminum susunya dengan baik."

"Tuan saya janji saya akan membalas budi anda yang sudah membayar hutang saya. Jadi tolong keluar, tidak enak makan dilihat orang asing. Nafsu makan saya bisa hilang. Lagi pula bukankah orang seperti anda sibuk, saya berjanji akan menjaga diri saya dengan baik."

Ok.

Rafael menyerah. Dia juga memang ada banyak pekerjaan. Rafael kembali ke kantornya. Dia meminta semua orang di rumah itu untuk over protektif pada hany. Hany juga tak boleh banyak naik turun tangga juga aktifitas yang berlebihan lainnya. Lagi pula hany juga masih capek dan lemas dengan penyuntikan tadi. Jadi hany memilih untuk istirahat sepanjang hari di kamar.

***

Rafael kembali ke kantornya. Dia sedang meeting tapi otaknya terus memikirkan hany. Bagaimana kalau hany bandel, tetap naik turun tangga. Haruskan Rafael mengganti kamarnya dibawah saja. Tapi kamar bawah tak cukup luas.

"Tuan, setelah ini kita harus meeting dan terbang ke amerika."

Kata seorang laki-laki seusia rafael yang tak lain adalah asisten rafael yang memberitahu jadwal padat rafael. Untuk melupakan kenangan buruk tentang wanita dan cintanya yang menyakitkan rafael memang sengaja mempersibuk dirinya. Tapi kali ini dia menyesal.

Dia ingin selalu disamping hany. khawatir dengan hany. Rafael ingin hasilnya segera keluar dan jadi. Itu saja. Rafael menepis kalau dia mulai menyukai hany.

Itu tidak mungkin dan tak akan!

"Saya ada urusan mendapat disini. Selama sebulan ini tolong jadwalkan ulang meeting diluar negeri. Mulai bulan depan saja." kata rafael yang hanya dijawab anggukan oleh asisten laki-lakinya.

Dia pun pamit. Tak lama Taehyung datang untuk mengembalikan kunci mobilnya.

"Kak, makasih mobilnya." kata Bisma menarug kunci mobilnya. Dia duduk kembali dan sedikit mengobrol pada rafael yang terlihat sedang bersantai. Lebih tepatnya memikirkan hany.

"Bawa pulang aja sekalian." kata rafael pada bisma.

"Oh. Ok." bisma kembali mengambil kunci mobilnya. Ketika rafael akan pergi bisma bertanya sesuatu lagi.

"Habis jalan sama cewek?" tanya rafael yang membuat bisma berhenti.

"Iya."

"Kenapa harus bawa mobil itu? Kalau perlu naik sepeda keliling, jauh lebih romantis." kata rafael tanpa memperhatikan Bisma. Rafael sibuk menatap layar komputernya. Bukan melihat pekerjaan tapi membaca bagaimana proses pembuahan, hingga jadi, lalu apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk wanita yang akan hamil, atau hamil muda.

Rafael berharap hany berhasil hamil.

"Kuno sepedaan."

"Besok-besok cari cewek yang bukan lihat kamu naik apa? Seberapa keren dan gaya kamu itu. Lihat kamu dari hatinya."

Bisma diam. Dia juga tau kisah cinta kakaknya itu. Bisma tak mau melukai hati kakaknya lagi, yang bahkan belum sembuh dari luka. Bisma hanya mengiyakan ucapan rafael lalu akan pergi kembali.

"Bis," rafael memanggil lagi.

"Bilang ke mama ya, kakak gak akan pulang malam ini. Karena ada pekerjaan mendadak." kata rafael.

"Siap nanti bisma bilangin mama."

Kali ini rafael benar-benar membiarkan bisma pergi. Bisma pun pulang ke rumahnya.

Setelah selesai di kantor rafael langsung datang ke rumahnya sendiri. Menemui hany dan sudah memutusakan akan tidur di rumah itu untuk menjaga hany, mengawasi hany maksudnya.

Menjaga? Itu cinta bukan sih?

Rafael tak mencintai hany tapi hanya butuh. Catat!

***

Rafael mengambil laptopnya dan duduk diranjang, disebelah hany yang tertidur. Hany terlihat sudah mengganti pakaiannya, mungkin dia sudah mandi? Sementara Rafael sendiri juga baru mandi. Hany belum tau kalau Rafael akan menginap. Dia sengaja sampai agak malaman agar hany tak tau. Disampingnya hany sudah tertidur pulas.

Entah kenapa lesung pipi Rafael terbentuk begitu saja menatap hany tidur. Rafael tersenyum menatapnya. Lalu dia kembali fokus mengetik dan mengecek beberapa file di laptopnya.

Hany terbangun, dia melirik seorang yang ada disampingnya. Hany biasanya tidur sendiri, dan ini? Hanya bertanya-tanya dengan pandangan yang masih sedikit kabur.

"Tuan?"

Hany terkejut. Dia terduduk dan melihat rafael duduk bersandar disampingnya. Apa yang rafael lakukan malam-malam di kamar dengannya.

Dia tak mau ada hubungan badan kan? Kenapa di kamar? Malam?

Hany ingin turun. Rasanya canggung satu kamar dengan orang asing. Membuatnya ingin kencing.

"Mau kemana?"

Baru juga hany turun, dia sudah mendekte pertanyaan pada hany. Hany hanya menunjuk ke toilet.

"Hati-hati." kata rafael. Dia menaruh laptopnya. Hany hanya mengangguk.

Hany turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi tapi rafael malah mengikutinya.

"Tuan anda mau apa?" hany kikuk. Gak mungkin rafael ikut masuk dan melihat dia buang air kecil kan?

"Memastikan kamar mandinya licin atau tidak. Nanti besok saya akan menyuruh bibik untuk selalu memeriksa kamar mandinya agar tidak licin." kata rafael sambil memeriksa lantai kamar mandi.

Rafael bahkan tanpa sadar meraih tangan hany yang berdiri bingung diambang pintu karena rafael menyerobot masuk duluan.

"Hati-hati jalannya. Jangan Sampai terpeleset."

Ahh hany mengerti ini tentang pembuahannya. Bayinya. Makannya dia overprotektif. Rafael bahkan menggandeng hany hingga sampai di kursi duduk toiletnya.

"Tuan, saya mau pipis. Tolong keluar." kata hany lebih seperti memerintah dan selama ini rafael hanya memerintah tidak diperintah orang lain.

Rafael sedikit kesal, kenapa dia harus menurut dengan gadis asing didepannya. Dia hanya ingin menjaga hany dengan baik. Untuk kebaikan calon anaknya. Tapi rafael juga berhasrat setiap kali melihat, menyentuh terlebih selalu bersama hany.

Ingin sekali lepas kendali dan menerkam hany sepuasnya.

Ahh...

Rafael hampir kalap. Dia langsung keluar dari kamar mandinya.

Dia rindu memasukan miliknya ke milik seorang wanita. Dia rindu sensasinya.

Ahkk...

Rafael meremat kepalanya sendiri. Kenapa isi otaknya begini. Dia bisa gila jika melihat hany terus, tapi rafael harus menjaga dan mengawasi hany sendiri. Rafael tak percaya dengan orang lain. Rafael sangat khawatir setelah hany kesakitan itu. .