BRAK!
Lian menggebrak meja di hadapannya. Wajahnya memerah dan napasnya tampak naik dan turun, sangat tidak beraturan. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Karena Jino terlalu berharga bagi hidup gue, kenangan dia terlampau indah untuk dikenang, selalu membuat gue rindu ke dia setiap detiknya. Gue lebih gak sanggup untuk melepas Jino, ketimbang harus terjebak dalam rasa sakit yang berkepanjangan ini, Keira!" keluh Lian.
"Lo boleh rebut apapun dari gue. Perhatian, popularitas, atau uang jajan bulanan gue, ambil aja sepuas lo. Asalkan bukan Jino, gue terlalu sayang sama dia," ucap Lian dengan masih tidak membiarkan air matanya jatuh.
"Tapi, gue juga sayang sama Jino, Lian. Gue jatuh cinta sama Jino, sama seperti rasa sayang lo ke Jino," cetus Keira.
"Rasa sayang lo ke Jino itu gak sebesar gue, Keira! Meskipun kita kembar, bukan berarti, kita harus memiliki perasaan yang sama dengan laki-laki yang sama!" pekik Lian sembari menampar pipi kanan Keira.