Lian merenggangkan kedua tangannya. Ia telah berada di dalam kamarnya. Badannya terasa pegal-pegal, tetapi hatinya sangat bahagia.
"Tadi, Alka care banget sih ke gue, kok gue jadi baper gini ya," gumam Lian.
Lian tampak memegangi kedua pipinya yang perlahan memerah seperti tomat. Ia tak bisa mengendalikan dirinya yang sepertinya mulai terjangkit virus-virus kebucinan.
"Perasaan, semua yang dilakukannya hanyalah perhatian-perhatian kecil. Namun, di mata gue, bukankah itu hal besar yang menyenangkan?" keluh Lian.
Lian mulai mengambil handuk dan juga sepasang pakaian. Ia mulai melangkahkan kakinya ke kamar mandi, mengingat ia baru saja melakukan petualangan yang cukup menghasilkan keringat.
TOK! TOK! TOK!
Baru saja akan menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba saja, Lian mendengar pintu kamarnya mulai diketuk dari luar. Tanpa pjkjr panjang, Lian langsung melangkahkan kakinya ke arah pintu. Sepasang baju masih berada di tangannya, sementara sebuah handuk tampak tersampir di bahunya.