Chapter 2 - HARI KEBANGKITAN

Kota Glorybound adalah kota kecil yang terletak di perbatasan antara laut dan pantai timur Federasi Matahari Bulan.

Hari ini merupakan hari yang sangat sibuk di kota tersebut karena akan ada perayaan Hari Kebangkitan tahunan.

Semua orang yang tinggal di Benua Douluo memiliki sesuatu yang disebut Martial Soul. Martial Soul merupakan bagian dari tubuh yang dapat dibangkitkan pada saat mereka berusia enam tahun. Martial Soul ada dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk benda, hewan, ataupun tumbuhan.

Dengan adanya upacara kebangkitan, mereka bisa membangkitkan Martial Soul mereka. Hal inilah yang menjadi tujuan dari perayaan Hari Kebangkitan tahunan, yaitu untuk membangkitkan Martial Soul mereka.

Apabila Martial Soul seseorang adalah cangkul, maka kemampuannya dalam mengolah ladang akan jauh melebihi orang lain. Sebaliknya, jika seseorang memiliki hewan sebagai Martial Soul, maka ia akan memiliki beberapa kemampuan hewan tersebut. Oleh karena itu, Martial Soul telah menjadi faktor terpenting dalam menentukan kehidupan seseorang.

Namun, yang terpenting adalah munculnya Soul Power. Soul Power merupakan jenis energi yang memelihara dan meningkatkan Martial Soul. Meskipun setiap orang memiliki Martial Soul, hanya satu dari seribu orang yang mungkin memiliki Soul Power.

Tingkat Soul Power mewakili masa depan dan kekuatan seseorang. Begitu Martial Soul mereka terbangun, mereka dapat menumbuhkan Soul Power untuk memelihara dan meningkatkan Martial Soul mereka. Jadi, selama seratus ribu tahun Benua Douluo, profesi yang paling mulia adalah menjadi Soul Master.

Oleh karena itu, bahkan rakyat jelata akan menantikan anak-anak mereka berusia enam tahun dan membangkitkan Martial Soul mereka, dengan harapan mereka akan memiliki Soul Power. Jika mereka memiliki Soul Power, hidup mereka akan berubah, yang menguntungkan mereka dan seluruh keluarga mereka.

Saat fajar tiba, jalanan di depan Akademi Gunung Merah penuh sesak. Jalanan dipenuhi oleh orang tua dan anak-anak mereka yang datang untuk berpartisipasi dalam Hari Kebangkitan.

"Menurut ayah, aku akan memiliki Martial Soul seperti apa?" Seorang anak laki-laki berusia enam tahun berkata dengan penuh semangat kepada ayahnya. Ia sangat senang mendengarkan cerita Soul Master yang sering diceritakan oleh ayahnya. Dari sepasang matanya terpancar kerinduan akan masa depannya menjadi Soul Master seperti cerita ayahnya.

Anak laki-laki tersebut memiliki potongan rambut pendek dan memiliki tubuh sedikit lebih tinggi dari anak seusianya. Namun, yang paling menarik darinya adalah matanya yang besar berwarna hitam jernih denga bulu mata panjang dan lentik yang tidak kalah dari anak perempuan. Bahkan dengan pakaian biasa yang dikenakannya, penampilannya yang luar biasa dengan mudah menarik perhatian orang lain.

Ayahnya adalah seorang pria paruh baya yang memiliki penampilan sederhana. Dia memiliki tubuh sedang dan tinggi rata-rata, segala sesuatu tentangnya terlihat sangat sederhana.

"Ayah juga tidak tahu. Semua itu tergantung pada keberuntungan." Sang ayahnya mendesah suram. Sebenarnya Hari Kebangkitan merupakan hari yang menentukan kehidupan dan masa depan seseorang. Apakah ia memiliki Soul Power atau tidak akan menentukan jalan hidup mereka. Untungnya, pada era ini mereka yang tidak bisa menjadi Soul Master masih bisa memiliki masa depan yang bagus.

"Aku pasti akan memiliki Soul Power kan?" Anak laki-laki itu menatap dengan penuh harap kepada Ayahnya.

Ayahnya menepuk kepalanya dan tersenyum. "Terlepas apakah kamu memiliki Soul Power atau tidak, ayah akan selalu menyayangimu."

Orang tua dan anak-anak terus berdatangan saat sebagian dari mereka keluar meninggalkan akademi. Mayoritas dari mereka semua pergi dengan desahan kekecewaan, tetapi ada juga beberapa dari mereka penuh kegembiraan. Tak perlu dipertanyakan lagi, Martial Soul mereka pasti telah memunculkan Soul Power. Hal ini dengan segera menarik tatapan iri dan cemburu dari orang lain.

Seiring berjalannya waktu, matahari semakin tinggi tetapi semangat yang dimiliki anak laki-laki sebelumnya terus memudar.

"Tang Wulin!" Seorang guru dengan sebuah daftar di tangannya keluar dari Akademi Gunung Merah sambil menyebutkan sebuah nama.

"Aku disini!" Anak laki-laki tersebut melompat penuh kegembiraan.

Tang Ziran sedikit terkejut saat putranya yang bersemangat menariknya ke depan dengan tangan kecilnya.

"Ikuti aku!" Entah karena beban kerja yang bertambah pada saat Hari Kebangkitan menyebabkan guru tersebut berbalik melangkah dengan acuh tak acuh. Tang Ziran bergegas membawa Tang Wulin menyusul guru tersebut.

Saat mereka berjalan di sepanjang jalan Akademi, Tang Wulin dengan penuh semangat memandangi kemegahannya. Ini adalah kali pertama ia memasuki tempat seperti ini. Akademi Gunung Merah merupakan Akademi tingkat dasar yang besar yang mampu menampung dua ribu siswa. Bangunannya tampak sederhana tanpa hiasan dengan atap putih dan dinding berwarna merah. Lapangannya terlihat luas dan lengang dikarenakan waktu istirahat masih beberapa saat lagi. Dibandingkan keributan yang ada di luar gerbang Akademi, suasana di dalam tampak lebih tenang yang bahkan mampu menenangkan hati Tang Wulin.

Sang guru membawa mereka ke depan sebuah bangunan melingkar sebelum berkata kepada Tang Ziran, "Orang tua silahkan menunggu di dini!"

Tang Ziran menganggukkan kepalanya dan berkata kepada putranya, "Dengarkan perkataan guru, dan semoga kau berhasil, nak! Ayah akan menunggumu di sini."

Dengan penuh keyakinan Tang Wulin menganggukkan kepalanya. "Ayah, aku pasti akan memiliki Martial Soul yang kuat!"

Saat ia melihat putranya memasuki gedung tersebut, jejak kekecewaan dan frustasi tampak di mata Tang Ziran saat ia mengenang masa lalu. Setiap Akademi tingkat dasar memiliki gedung melingkar seperti ini dan disebut sebagai Ruang Kebangkitan. Ruang tersebut digunakan secara khusus untuk membantu anak-anak berusia enam tahun untuk membangkitkan Martial Soul mereka. Sebelum hari upacara kebangkitan, Akademi akan mengundang Soul Master dari Pagoda Roh untuk melakukan upacara kebangkitan. Beberapa puluh tahun yang lalu, ia juga memiliki harapan yang sama saat ia memasuki Ruang Kebangkitan.

Di dalam bangunan melingkar tersebut terdapat tujuh lantai yang masing-masing memiliki Ruang Kebangkitan. Tang Wulin dibawa ke Ruang Kebangkitan di lantai tiga.

Begitu Tang Wulin memasuki Ruang Kebangkitan, ia dibuat terkagum-kagum. Pada lantai, dinding, dan bahkan langit-langitnya terdapat pola-pola yang diukir dengan begitu indah. Didalamnya terdapat seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah sederhana berwarna jingga yang disulam membentuk Soul Beast.

Sejak kecil, Tang Wulin sangat menyukai mendengarkan cerita ayahnya dan di setiap cerita itu, Soul Master akan selalu disebutkan. Para Soul Master dari Pagoda Roh adalah keberadaan yang kuat dan misterius. Mereka adalah sekelompok Soul Master yang sangat istimewa dan memegang status yang sangat mulia di Benua Douluo. Tetapi, ini adalah kali pertama Tang Wulin melihat seorang Soul Master.

"Halo." Tang Wulin berkata dengan malu-malu.

Dengan senyum lembut di wajahnya, Soul Master tersebut berkata, "Kemarilah, nak! Berdilah di tengah."

Tang Wulin mengedipkan matanya kemudia dengan malu-malu melangkah kedepan dan berdiri di tengah dan bertanya, "Tuan Soul Master, Soul Beast seperti apa yang aku miliki?"

Dengan tersenyum Soul Master menjawab, "Aku tidak tahu. Setelah kau mengalami kebangkitan, kau akan mengetahuinya. Namun, matamu sangat indah, jika Martial Soulmu adalah Soul Eyes yang berhubungan dengan mata, maka itu lebih bagus."

Mata Tang Wulin berbinar. "Soul Eyes? Aku pernah mendengar bahwa Master pertama Pagoda Roh memiliki Soul Eyes."

"Tenanglah, nak. Aku akan mulai." Soul Master berkata.