Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 24 - Foto Perdana dan Stasiun

Chapter 24 - Foto Perdana dan Stasiun

Selesai shalat dzuhur di mushalla coffee shop Yudha, Adri dan Januar akhirnya berpamitan. Tak lupa Yudha memberikan mereka masing-masing satu bungkus biji kopi yang sudah di roasting pada mereka berdua.

"Kita langsung ke stasiun? Ini masij jam satu loh," ujar Januar sembari melirik jam tangannya.

"Iya gak papa, Aku biasanya nunggu. Lagian kayaknya kita ke sana sekitar satu jam,"

Januar mengerutkan dahinya, "Gak sejam dong Dri, setengah jam juga nyampe inimah. Yakin kamu mau nunggu kereta jam 5 dari jam 2?"

Adri tampak berpikir, "Kamu masih mau jalan-jalan?" tanyanya.

Januar terlihat salah tingkah, "Ya ... kalo kamu luang ya ayo, banyak tempat jalan kan di Bandung," kilahnya.

"Yaudah deh boleh, sampe jam 3 aja tapi,"

"Oke sip, ada tempat yang mau kamu datengin gak? Atau Aku yang pilih?" tanya Januar bersemangat.

"Kamu pilih deh, Aku mau tau taste kamu gimana soal traveling," ujar Adri antusias.

"Oke. Simple sih, Aku suka tempat tenang, dan estetik,"

"Woow, anak indie ya kamu?" goda Adri. Apa benar orang seperti Januar ini berjiwa Indie?

"Yaa gak indie indie banget sih, cuma suka yang indah-indah aja," elaknya.

"Yaudah apa tuh,"

"Ke Asia Afrika aja gimana? Sekalian kita foto perdana," tawar Januar.

"Yang taman itu? Boleh boleh,"

"Oke, ntar Aku tunjukin spot favorit Aku langsung karena kita gak akan lama disananya," ujar Januar sambil mengubah porsnelling mobilnya. Mereka membicarakan ini saat lampu merah.

****

"Gimana? Bagus kan?" tanya Januar begitu mereka sampai di taman itu bagian arsitektur kolonial. Tidak hanya bangunan yang indah, bangunan itu juga dikelilingi bunga berwarna warni serta air mancur.

Adri mengangguk, "Yes, ini bagus banget sih," ujarnya sembari mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kawasan itu.

"Kita foto disana yuk," ajak Januar menunjuk salah satu bangunan bercorak arsitektur eropa klasik.

"Yuk,"

Keduanya pun berfoto di tempat itu, dan beberapa lokasi lainnya. Mereka mengambil foto sendiri dan juga foto berdua. Terimakasih kepada pengunjung yang bersedia mereka mintai tolong.

Puas berkeliling dan berfoto, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali. Tidak terasa, ini sudah melewati jam tiga sore, Adri harus ke stasiun.

****

Sesampainya di stasiun, Januar sedikit kebingungan dengan sistem parkir Stasiun Bandung. Wajar saja, pasalnya Januar jarang sekali bepergian dengan kereta, Ia lebih aenang bepergian dengan mobil pribadi, bus, atau pesawat.

"Ini dimana ya parkirnya? Kayaknya Aku salah jalur ini," ujarnya sembari mencondongkan badannya ke depan, melihat area parkir itu lebih jelas.

"Iyasih kayaknya kamu kelewat deh," ujar Adri sembari menengok ke luar jendela.

"Oke, Aku puter balik dulu," ujarnya sambil mencari tempat untuk parkir memutar balik.

"Gak usah Jan, mending Aku turun disini, kamu langsung aja, ini lurus langsung keluar kok," cegah Adri sebelum Januar membelokan kemudi.

Januar menggeleng, "Eh? Gak gak, Aku anter sampe cek in," ujarnya.

"Ribet Jan,"

"Gak ada protes ya,"

Adri hanya menggeleng dan menuruti kemauan Ketua BEM itu. Akhirnya setelah memutari area parkir satu kali, Januar berhasil menghentikan mobilnya.

Keduanya lalu berjalan menuju tempat cetak tiket stasiun. Selesai mencetak tiket, keduanya memilih duduk sebentar di kursi depan loket karena ini masih jam 4 sore, kereta Adri belum datang.

"Kamu jarang ya ke stasiun?" tanya Adri karena melihat Januar yang sedari tadi sepertinya sangat memperhatikan cara mencetak tiket kereta online.

Januar mengangguk, "Iya jarang, semenjak kuliah apa lagi,"

"Oh gitu, iyasih kamu kan orang Bandung,"

"Ini kamu nyampe Bogor malem ya? Pasti jam sepuluh. Ada yang jemput gak?" tanya Januar khawatir. Ia baru sadsr hal itu.

"Enggak sih, biasanya pake grab. Kalo kemaleman banget baru minta dijemput Ayah," jawab Adri.

"Tau gitu sekalian aja Aku anter kamu ke Bogor,"

"Kejauhan lah, capek kamu,"

"Temenku banyak di Bogor, tinggal nginep,"

"Enak ya jadi social butterfly," ujar Adri membelokkan topik.

"Gak juga, kadang kita punya banyak temen, tapi kita atau mereka gak saling memahami dengan baik."

"Jadi kamu begitu?"

"Yah bisa dibilang, koneksiku emang luas, tapi itu kebanyakan karena urusan organisasi dan politik kampus. Aku gak bener-bener deket sama orang lain dan mahamin dia dari A sampai Z,"

"Kecuali kamu," lanjur Januar yang sedikit membuat Adri salah tingkah.

Adri tersenyum, "Entah kenapa Aku merasa spesial kamu bilang gitu,"

"Ya kan emang spesial, Adriana. Berapa kali Aku harus bilang?"

"Tapi Jan ... kalo Aku ya, temenku gsk banyak  tapi Aku sangat paham mereka,"

"Siapa mereka itu?"

"Sejauh ini Band Adam, Theo, Yola. Lalu kamu on process juga,"

"Kalo Haikal?" tanya Januar. Dalam hati tentunya.

Januar mengangguk paham, "Aku rasa kamu lebih baik dari Aku masalah memfiler temen dan circle,"

"Gak juga, kita cuma beda dunia dan kebutuhan,"

Seketika Januar teringat perkataan Revitha kemarin, perihal Ia dan Adri yang berbeda dunia. Dunia riset akademik dan organisasi.

"Anyway Dri, menurut kamu kita beda jomplang gak sih? Dalam hal terutama simple aja, kamu Mapres, Aku Presma. Gimana menurut kamu?"

Adri tampak berpikir, "Kita memang beda dari sisi itu. Jauh banget emang. Tapi apa harus dibuat masalah? Menurutku enggak. Perbedaan itu menantang dan menarik Jan. We have to embrace them optimitically," jawabnya kemudian.

Januar mengangguk setuju, "Ya, itu bener. Tapi Aku mudah banget kayaknya terganggu sama orang yang komentarin kita soal itu,"

"Jangan dibuat overthinking Jan, kita ya kita, mereka ya mereka, try to be bodo amat,"

"Nice advice. Jujur ya Dri, ini sifat kamu yang paling Aku suka, dewasa, objektif, realistis," ujar Januar. Memang benar Adri selalu menenangkannya.

Adri tersenyum, lalu Ia berpikir, "Hmm kalo dari kamu, Aku suka sifat kamu yang jujur dan to the point." balasnya.

Tak lama kemudian, suara dari pusat informasi stasiun itu mengumumkan bahwa kereta yang akan ditumpangi Adri sudah tiba.

"Jan, Aku pamit ya," ujar Adri sembari merapikan barang-barangnya.

"Oke, tolong kabarin ya kalo udah sampai. Kalo kemaleman di Jakarta nginep aja di motel," saran Januar. Pasalnya, kereta itu tidak langsung ke Bogor, melainkan ke Jakarta. Adri harus naik KRL untuk sampai ke Bogor

"Oke, nanti Aku kabarin. Oh ya, makash ya, udah diajak jalan hari ini," ujar Adri tersenyum.

"Sama sama Dri. Yaudah hati-hati, have fun dan salam buat keluarga,"