Seketika Theo mendonggakan kepalanya. Dua kalimat itu ... kalimat yang Ia harap benar benar diucapkan Adri sebagai alasannya menghindar tiga hari belakangan ini.
Theo menghela nafas, "Dri, kalau memang itu yang Lo takutkan, Gue gak bisa berbuat banyak," ujarnya.
Adri hanya memperhatikannya datar, namun emosi terasa benar keluar dari gadis itu.
"Bener yang Lo bilang, Gue terjerat di dunia itu karena Papa Gue, orang yang punya kuasa atas masa depan Gue, Jesslyn, Nana, bahkan Mama."
Adri membulatkan matanya, "Pa ... Papa Lo?" tanyanya terbata. Orang berkuasa yang dimaksudnya barusan tentu saja bukan Papa Theo, melainkan siapapun orang lain, tidak spesifik.
Theo mengangguk, "Ya, Papa Gue, yang memaksa Gue berkarir sebagai ... apa yang Lo tau, intelijen," ujarnya memelankan suara.
Adri merinding, fakta baru apa lagi ini?
"Gue gak bisa nolak."
"Tapi kenapa Lo seolah bangga karena punya kemampuan militer? Waktu LDK? Bahkan Lo anggota Menwa?" tanya Adri beruntun.