"Jangan nenek!"
Leo terbangun, keringat peluh di kening dan juga lehernya yang jenjang.
Leo duduk menarik napas panjang, tepat pukul tiga dini hari saat dia melirik jam weker di meja sebelah kanan.
Sepanjang malam sudah hampir lebih dari sepuluh tahun, Leo selalu mengalami mimpi buruk.
Tidak ada satu pun orang terdekatnya yang mengetahuinya.
Leo berusaha mengingat kejadian malam itu tapi semakin dia berusaha mengingatnya, kepalanya terasa sakit.
Leo bangun berjalan keluar kamar tidur, tenggorokannya terasa kering.
Menuang air ke gelas yang suaranya terdengar keras di keheningan malam.
Pelan sekali Leo berjalan keluar kamar tidur sesaat tadi, dia tidak ingin membangunkan kakaknya yang terbaring di sofa.
Memandang keluar jendela dengan segela air putih di tangan kanannya, siluet Leo dapat dilihat oleh Tristan yang berpura-pura memejamkan matanya saat dia mendengar pintu kamar terbuka.