Ayah hanya terkejut dengan tampang anaknya yang mengkerut. Seharusnya setelah sekian lama tak bertemu, bukan wajah seperti ini yang ditampakkan oleh Nada. Muka masam begini hanya meninggalkan kesan kurang bagus bagi orang yang memandangnya.
"Maaf, Yah." Alan tak tahu harus bersikap bagaimana. Ia takut, kalau-kalau Pak Lurah menudingnya yang bukan-bukan. Tidak pandai mengurus Nada.
"Kenapa, Nak Alan yang meminta maaf?" Pak Abdul menatap menantunya sambil tersenyum. "Nada ini tak berubah juga. Masih suka cemberut tidak jelas seperti ini. Ingat lho, Nduk. Kamu itu sudah jadi istri orang, bukan hanya anak ayah dan ibu lagi. Ada perasaan dan marwah suamimu yang harus dijaga."
Jantung Nada berdegup kencang. Roman-romannya, Pak Lurah akan menyampaikan petatah dan petitih lagi.