"Ya enggak apa-apalah, selagi ini hasil karya kamu, pasti terasa enak aja sampe kerongkongan Aa' kok."
"Maaf, ya, A'. Aku masih belum bisa masak."
Aku merungut dan merasa malu sekali.
"Lho, kenapa? Ini 'kan kamu udah masak. Aa' suka kok, Dek." Wajahnya sama sekali tidak tersiksa menerima makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
"Aa' suka karena terpaksa 'kan? Seharusnya aku harus lebih giat lagi belajar masaknya."
"Nggak harus kok, Aa' menikah itu tujuannya cari istri, bukan cari juru masak. Kalo kamu masih belum bisa masak, ya nggak masalah. Kita bisa makan di luar 'kan."
Entah kenapa, ucapan itu malah terasa menyesakkan dada saja. Di saat dalam pandangan mataku, contoh istri ideal itu seperti Ibu yang bisa membuat makanan apa saja, dengan racikan bumbu yang selalu pas di lidah.
