Derap langkah kaki berlari menghampiri pintu ruangan sidang. Saat dibuka, wajah bulat Maya dengan rambut amburadul terlihat di sana. Perempuan manis dengan wajah keras dan tubuh berisi itu masuk dengan napas yang memburu.
Yani segera menghampiri. Dan memintanya untuk segera menuju mimbar di depan. Nada pun merasa pernah melihat Maya beberapa kali, tapi tak terlalu ia perhatikan betul kala itu. HAri ini, ia merasa harus menyapa MAya, dan mengucapkan terima kasih karena telah bersedia datang untuk memberikan kesaksian.
Majelis hakim lalu mempersilakan kepada jaksa untuk memulai sidang kembali. Sebab, setelah ini mereka akan istirahat selama lima belas menit, selanjutnya akan diikuti oleh agenda pembacaan putusan dari pihak pengadilan atas kasus yang menimpa Alan.
Setelah prosesi wajib pembacaan sumpah dilakukan, Maya diminta untuk memperkenalkan diri.
"Nama saya Mazaya, biasa dipanggil Maya, karena kalau Maza, jatohnya agak nganu. Maza ya, maza nggak. MAcam gitu."
