Perjalanan kembali ke Ibu Kota berlangsung aman dan nyaman. Cuaca juga sangat bersahabat. Mereka disambut oleh ayah, ibu, ambu, bapak dan Lana. Keluarga tercinta sengaja menyusun jadwal, agar bisa berangkat bersama menjemput Alan dan Nada. Kebetulan sekali, ada Zydan yang bersedia menjadi sopir pribadi.
Tidak ada yang bisa menjadi sopir. Bapak, tidak. Ayah, sebenarnya bisa, tapi tak paham jalan menuju bandara. Beliau adalah lurah yang amanah, jujur, dan terpercaya. Tak sekalipun beliau mau menyalip uang proyek pemerintah, atau dana-dana apa pun yang masuk ke kantornya.
Semua pasti akan disalurkan sesuai prosedur. Ya, begitulah, sebab itu ia tak kaya-kaya.
"Nada, Nak Alan. Senang jumpa lagi dengan kalian." Ibu menyongsong anak dan menantunya dengan merentangkan kedua tangan. Ingin merengkuh pasangan yang paling serasi di dunia itu.
Alan mengembangkan senyum, ia lalu menghampiri ayah dan ibu mertua, mencium punggung tangan keduanya, kemudian memberikan pelukan hangat.