Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Luna the Moon Goddess

cigoo_
1
Completed
--
NOT RATINGS
3.8k
Views
Synopsis
WARNING! Belum direvisi jadi maklum aja. END - [20-01-2021] Jika selama ini cerita yang kalian baca adalah seorang warewolf bertemu mate nya. Seorang alpha bertemu mate nya. Bagaimana perasaan kalian? Tentu saja senang bukan? Bagaimana dengan siapa yang mengatur perjodohan mereka. Jawabannya tentu saja moon goddess. Jadi ini cerita anti mainstream, ini tentang Moona Jovanka Aluna yang adalah moon goddess sendiri yang bertemu dengan matenya, Maxemiller Rex Deusternis sang raja iblis. ***** Kisah lebih lanjut baca aja. Luv u Attention! Ini hanyalah cerita fiksi! Tidak bermaksud menjelek jelekkan pihak manapun.

Table of contents

Latest Update1
ONE3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - ONE

Luna berjalan mengitari pusat perbelanjaan di kota ini. Matanya tak berhenti menyusuri setiap inci barang yang dipajang didepan setiap toko. Tangannya membenarkan topi kupluk yang dipakai mencoba menutupi rambut silvernya. Tidak tidak, ia bahkan tak tahu warna rambutnya itu apa. Banyak yang mengatakan bahwa rambutnya berwarna emas, ada juga yang mengatakan bahwa rambutnya berwarna putih. Namun ibunya mengatakan bahwa rambutnya berwarna silver, maka Luna mencoba untuk yakin bahwa rambutnya berwarna silver

Tidak berhasil.

Ia tidak berhasil menyembunyikan rambut anehnya. Hampir semua pasang mata menatap aneh kearahnya. Hanya dialah gadis maksudku- manusia berambut silver bahkan hampir mengarah ke putih albino. Luna merapatkan bibirnya kedalam mendengar celaan yang diberikan. Senyumnya kembali terbit dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini akan baik baik saja. Walaupun ada secercah rasa menyesal karena tidak benar benar menyembunyikan rambutnya didalam topi kupluk.

Tidak tidak. Ibunya berkata bahwa warna rambutnya adalah salah satu yang harus dibanggakan, ia ingat detail setiap kata katanya yang selalu membuatnya tersenyum.

"Mom" Luna kecil yang saat itu berusia sepuluh tahun menarik pelan gaun panjang milik ibunya

"Ya sayang?" Ibu Luna- Flade Mensis mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan putri kecilnya itu matanya memancarkan kasih sayang yang sangat besar

"Apa kau menyayangiku?"

"Tentu saja" Flade Mensis menatap heran anaknya

"Meskipun aku hanya anak angka tmu?" Luna tak berani menatap mata ibunya,

"Tentu saja aku menyayangimu anakku. Kau anakku, putriku, my little moon" Flade mengecup lama kening putrinya. Air matanya menetes begitu saja, ia benar benar mencintai putrinya

"Mom, apa aku menyakitimu? Maafkan aku, aku tahu kau begitu mencintaiku tapi aku malah menanyakan hal itu" tangan mungil Luna mengusap air mata di pipi ibunya.

"Tak apa. Mom menangis bukan karna hal itu" Flade tersenyum lembut

"Apa ada lagi hal yang mau kau tanyakan?"

"Ya, apa warna rambutku sebenarnya mom? Teman temanku mengatakan rambutku berwarna emas Felya dan Frelya mengatakan rambutku berwarna putih nona pupsy mengatakan rambutku berwarna silver. Manakah yang benar mom?" Luna mengerjapkan matanya polos

"Rambutmu berwarna silver sayang, selalu dan tak akan berubah. Itu bukan kekuranganmu nak, itu kelebihanmu kau harus bangga" Flade mengusap puncak kepala anaknya

"Ya, dengarkan itu anak muda. Warna rambutmu seharusnya menjadi kebanggan mu. Silver berarti ketangguhan dan kesetiaan, mungkin Felya dan Frelya sudah buta warna lantaran mengatakan rambutmu berwarna putih" seekor kucing kecil melompat keatas kepala Flade menghindari geraman dua serigala- Felya dan Frelya yang ingin menerkamnya

"Oh my Moon Goddess kucing kecil itu, bisakah dia menjadi santapanku malam nanti" serigala putih- Frelya menyahut terlebih dahulu

"Jangan makan nona pupsy" mata Luna berkaca kaca mendengar penuturan pendamping ibunya

"Mereka hanya bercanda sayang. Jangan menangis, rambutmu tak akan berkilau jika kau bersedih"Flade tersenyum samar

Luna meremas dadanya perlahan, ia merindukan ibunya yang sudah meninggalkannya dua tahun lalu yang berarti Luna sudah menjadi Moon Goddess selama dua tahun. Luna ingin melepas kupluk yang dipakainya, ia ingin bangga dengan warna rambut yang dimilikinya. Namun hidungnya yang terlalu tajam mengendus sesuatu yang tak beres, dahinya menyerit pertanda dirinya sedang kebingungan.

Wolf? Unmate-wolf?

Mata bulatnya menatap tak suka pria yang baru saja lewat disampingnya. Warewolf itu ternyata meriject mate yang sudah dipasangkan dengan susah payah olehnya. Bibir pink Luna mengerucut sebal. Sebaiknya ia bergegas pulang sebelum warewolf itu menyebabkan masalah yang lebih besar.

Oh tidak, Luna mencium bau yang tidak beres lebih banyak lagi. Mengapa para makhluk immortal ini menolak matenya? Luna memasangkannya dengan susah payah, mempersatukan dan melengkapi kekurangan adalah hal yang paling diperhatikan oleh Luna. Lalu mengapa mereka mencari yang sempurna namun tidak bisa melengkapi kekurangan yang dimiliki?

Luna berlari keluar dari pusat perbelanjaan tersebut menuju hutan Underworld.

----------------

"Maafkan aku" Luna berbisik pelan sebelum meluncurkan hukumannya mulutnya bersiap melafalkan mantra

"Είμαι Moon Goddes για να σε τιμωρήσω για τα λάθη σου. Θα σας κλειδώσω στο σκοτάδι μέχρι να συνειδητοποιήσετε πόσο σημαντικός σύντροφος είναι στη ζωή σας"

Sesaat setelah itu, telinga Luna berdenging mendengar puluhan teriakan dari para makhluk immortal. Ia yang bertugas memberikan satu mate pada setiap makhluk immortal juga berhak menghukum siapapun yang meriject matenya.

Hukuman itu sungguh menyiksa.

Dirinya yang meriject mate akan jatuh dalam kegelapan dan melihat matenya tersakiti bahkan mati ataupun berbahagia bersama makhluk immortal lainnya. Tentu saja hal itu akan menyakiti pasangannya juga.

Kekecewaan, kesedihan, kemarahan, rasa sakit semua akan bercampur menjadi satu. Siapapun yang tidak bisa bertahan dalam kegelapan itu akan mati, begitu pula yang masih menyangkal rasa sakit itu akan mati karena memendamnya. Mate yang benar benar menyesal lah yang akan bangkit dan akan diberi satu kesempatan lagi untuk melindungi mate yang sudah direjectnya tak peduli berapa kali ia akan ditolak.

Luna melipat bibirnya kedalam, pipi putihnya terlihat memerah. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Ya, tak akan ada yang selamat dari poenis caligo- hukuman karena telah meriject pasangan sehidup sematinya. Para makhluk immortal itu memiliki gengsi yang tinggi.

"Ada apa dengan para makhluk immortal itu? Mengapa harga diri mereka mendadak begitu tinggi? Apa mereka ingin menyamakan martabatnya dengan para manusia bodoh itu?" Serigala Luna- Frelya menyahut begitu cepat.

Luna terkekeh pelan mendengarnya,

"Apa kau tak mengingat bahwa akupun juga manusia?"

"Kau berbeda Luna! Flade mewariskan darah makhluk immortal padamu. Aku bahkan bersyukur bahwa akulah yang menjadi serigala mu, bukan Freya ataupun Nami-serigala milik Mensis"

"Baik baik, terimakasih Frelya kau masih kau menjadi wolfku kuharap kau tak akan pernah pergi dariku" Frelya menggeram pada Luna, apa maksud dari kata kata itu? Tak akan ada secercah rasa menyesal telah menjadi wolfnya dan tak akan pernah ada rasa ingin pergi dari Luna. Frelya memutuskan mindlink nya secara sepihak. Luna tentu saja panik, apa yang telah dilakukannya sehingga wolfnya itu menggeram marah?

"Frelya? Kau tak ingin bicara denganku?" Tak ada jawaban dari sang wolf

"Baiklah, kuharap kau akan membalas mindlink ku setelah aku selesai memetik bunga Rosella"

----------------

Luna kembali dari hutan Stone, salah satu bagian dari Hutan Underworld. Hutan Underworld dibagi menjadi dua bagian salah satu sisinya bernama Black dan satu lagi Stone. Sesuai dengan namanya masing masing. Sisi Hutan Black tak memiliki cahaya setitik pun hutan itu penuh dengan ilusi dan.. rogue. Sedangan sisi Hutan Stone penuh dengan batu batu besar yang tajam di arah timur hutan itu terdapat jurang dalam. Di sanalah para tumbuh tumbuhan langka tumbuh.

Luna mencium bau anyir dari arah gubuknya. Langkahnya semakin panjang dan mendekat kearah gubuk kecilnya. Betapa terkejutnya gadis itu melihat seseorang pria penuh dengan darah dan cakaran ditubuhnya. Pria itu menggeram kesakitan, mata goldnya melirik kearah Luna. Lolongan singkat keluar mulut pria itu menandakan bahwa pria itu adalah warewolf atau mungkin tidak. Luna mencium bau vampire tidak, wizard, tidak.. bau apa ini? Rogue? Luna banyak mencium bau makhluk immortal tadi tubuh pria itu. Luna berlari menghampiri pria itu, terlambat. Mata gold itu sudah tertutup rapat. Dengan panik dan dengan sangat susah payah, ia membawa masuk pria yang bahkan tubuhnya tiga kali lebih besar dari tubuhnya sendiri. Apa ini? Luna yang terlalu kecil atau pria itu yang terlalu besar?

Luna mulai meracik obat, ia mengoleskan racikannya kearah cakaran ditubuh pria itu. Luna melipat bibirnya kedalam ketika ia merasakan gelenyar aneh ditubuhnya. Baru pertama kalinya Luna melihat luka sebesar dan sedalam ini. Tangannya dengan lincah membersihkan sisa-sisa darah yang menempel ditubuh pria itu. Luna baru saja melepas kancing atas baju pria itu. Namun mata gold itu tiba-tiba terbuka.

"Apa kau ingin menggodaku sweetheart?"

Luna menegang mendengarnya.

.......