"Maaf," cicit Aleena sembari menundukkan kepala. Ia merasa bersalah. Sangat. Hari-hari indah yang mereka lalui seolah menjadi butiran debu hanya dalam satu waktu.
Senyum penuh ketulusan kembali terbit di bibir Vino.
"Nggak papa," jawab Vino sambil mengelus pucuk kepala sang gadis yang membuatnya mendongak seketika. "Asalkan lo bahagia, gue seneng dengernya!" ucap lelaki itu penuh dusta.
Dari tatapan matanya, Aleena dapat melihat betapa tulusnya Vino dalam mencinta. Seseorang yang tampak seperti pelindung kini rapuh tepat di depannya.
Vino kembali menarik tangannya. Tubuhnya pun berbalik untuk keluar dari kelas XI IPA 2.
Keheningan tiba-tiba menerpa. Tak ada satu pun orang yang berani berbicara. Semua hanya diam sembari menatap setiap adegan yang terjadi di depan kelas mereka.