"Gila, kaus kakiku di bilang bangkai tikus. Kurang ajar tuh si Rold," gerutunya dalam hati.
"Kau menciumnya tidak?" tanyanya dengan terus mencari. "nah, di dekatmu. Awas coba minggir." Rold menggeser tubuh sahabatnya hingga dia melihat sepasang kaus kaki yang tergeletak.
"Nah, ini dia! Sial, ini punyamu?" tanyanya dengan menunjuk namun tidak berani menyentuhnya. Rival hanya tersenyum dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "untuk apa kau membuka kaus kakimu?" tanyanya heran.
"Disini sangat gerah," sahutnya dengan mengipas-ngipaskan tangannya.
"Kenapa kita berada disini?" tanyanya dengan melihat sekitar. "banyak lukisan, apa ini gudang seni rupa? Kenapa di sekolah ini banyak gudang tidak terpakai?" rentetan pertanyaan membuat Rival menatap kesal.
"Hey, kau bertanya pada siapa?" tanya Rival.
"Yah, padamu masa pada hantu, dasar bodoh!"
"Yah, mana aku tahu! Memangnya aku lahir sebelum sekolah ini dibangun?!" geramnya menantap kesal.
