"Kenapa menyalahkan aku!" elaknya.
"Kenapa Anda masih tidak bisa menerimaku, apa salahku?!" Aku berteriak, mengabaikan sopan santunku padanya.
"Karna kau anak yang tidak diketahui asal-usulnya. Harusnya kau sadar, bahwa kau tidak pantas untuk anakku yang dari kalangan terhormat!"
"Apa sebegitu rendahnya seorang anak dari panti asuhan! Aku sudah membuktikan pada Anda, tidaklah mudah, menjadi pengacara nomor satu di negara ini. Masih belum cukup kah?!"
"Kalau kau anak tidak tahu diri! Belum menceraikan anakku maka aku tidak akan puas!" ucapnya dengan menatap tajam.
"Cukup, Bu, cukup! Lihatlah, anakku! Jika tidak ada rasa peduli maka silahkan ibu pergi dari sini!"
"Kau mengusirku demi laki-laki yang tidak diketahui asal-usulnya?!"