Benedict mematikan ponselnya saat sudah sampai di rumah. Ia membuka daun pintu dengan masih menggendong tas ransel berukuran besar di pundaknya. Ia berteriak memanggil nama Sisil. Gadis yang masih setia menemani ibunya itu pun berjalan menghampiri.
"Ada apa? Kenapa kau persis Tarzan," cacinya saat sudah berada tepat di hadapan Benedict. Pria yang mendapat Julukan pecinta wanita itu pun menurunkan tas ransel yang menghiasi punggungnya di lantai.
"Sil, aku punya kabar baik," ucapnya tanpa basa-basi.
"Apa?" Sisil menatap acuh tak acuh. Ia sudah bisa menebak bahwa pria ini pasti akan bercerita tentang teman perempuan yang cantik.
"Aku bertemu …."
"Perempuan cantik? Ah, sudah biasa!" seraya mengibaskan tangan hendak berlalu."karena kau sudah kembali, aku akan pulang!"
"Bukan itu!"
"Aku sudah bisa menebak isi pikiranmu, Benedict!" tukasnya. Benedict menghembuskan nafas lelah.
"Aku bertemu dengan Charles!"
"Apa?" Sisil berbalik dan membulatkan mata.
