Julia berjalan menyusuri jalan, wajahnya terlihat kusut. Air mata terus mengalir tanpa bisa ditahan. Julia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Abraham lebih memilih orang yang sudah beberapa kali membuat ia kecewa. Julia duduk di tepi jalan dengan perasaan yang hancur.
***
"Kau tahu bukan? Siapapun yang menentangku harus mendapatkan hukuman," tegas Samuel dengan berdiri angkuh.
"Aku sudah melepasnya. Jadi, tolong. Lepaskan Julia!" mohon Abraham.
"Wanita itu terlalu lancang!"
"Mengertilah, ia sedang kehilangan anaknya dan menantunya," kata Abraham meminta pengertian dengan mengatupkan kedua tangan di dada.
"Aku membiarkan nyawanya tetap aman karena kau yang memintaku. Jika tidak, sudah kupatahkan lehernya!"
"Tidakkah cukup aku anak yang bahkan seperti abdimu?!"
"Masih banyak wanita lain," ucapnya dengan berlalu.
"Tidak, jangan sakiti Julia. Aku mohon."
'kita lihat nanti."