"Adam, apa kamu tahu? Jika aku boleh meminta lebih baik aku yang berada di posisimu. Aku lebih sakit melihat kamu seperti ini." Adam terdiam, ia bisa merasakan binar ketulusan dari wajah Martien. Tanpa ragu memeluk kakaknya.
"Aku merindukanmu, Martien. Kenapa kamu pergi lama sekali," kata Adam disela tangisannya.
"Hey, kami menangis? Pria tidak boleh cengeng!" cibirnya dengan menahan air matanya.
"Bodoh, kau pun menangis. Dasar, banci!" hardik Adam dengan memukul punggung Martien. Mereka berpelukan cukup lama. Martien merasakan sakit yang teramat saat merasakan betapa kuris dan keringnya tubuh sang adik. Sungguh, ia merasa ini adalah hal yang paling menyakitkan.
"Aku berjanji, Adam. Aku tidak akan membiarkan kamu merasakan sakit lagi. Tunggulah waktunya tiba." Martien berkata didalam hatinya.
"Aku merindukanmu, Martien," kata Adam lirih dengan melepas pelukannya.
