Sherlin berjalan melewati lorong apartemen. Tangannya menekan tombol lift untuk turun. Sherlin tidak peduli tatapan semua orang yang berada satu lift dengannya saat ini. Ia tetap menangis, mengeluarkan rasa sesak dan sakit hati.
Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan. Dan, tidak ada hari yang lebih buruk dari hari ini. Sampai di lantai dasar tangisan semakin membanjiri wajahnya. Ia benar-benar tidak bisa menerima. Pikirannya terus terganggu dengan semua kenyataan yang tidak bisa diterima dengan akal. Bagaimanapun Martien adalah orang yang sangat berarti baginya. Dan, Sherina adalah adiknya. Kedua orang itu sangat Sherlin percaya dan sayangi.