Martien melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia menerobos rambu lalu lintas. Martien bisa merasakan aroma kemenangan. Ia berpikir ini adalah balas dendam penuh kenikmatan. Dan, ia bisa menikmati keindahan kedua gadis yang sebenarnya adalah keponakan dia sendiri. Persetan dengan itu yang penting adalah ia bisa membalaskan dendam sang ibu dan merasakan kenikmatan dari kedua gadis yang kesuciannya sebentar lagi akan menjadi hak dia.
Sherina berjalan mendahului, langkahnya semakin membuat birahi Martien kembali berdiri, berlenggak lenggok menampakkan lekukan tubuh buang membuat supermodel iri. Martien berjalan dengan langkah panjang dan cepat, membuka daun pintu dan menguncinya.
"Kenapa di kunci?" tanya Sherina.
"Apa kamu mau Sherlin mengganggu kita?" katanya dengan merengkuh pinggang Sherina.
"Ngapain?" tanyanya saat Martien mendekatkan wajah mereka.
"Pergilah ke kamarku," titahnya.
"Bukankah lebih baik kita melakukannya di kamarku?" tawarnya.