"Apakah aku tidak pantas bahagia Cassandra?" Damian bertanya lirih. Dia sangat bersemangat mendapat undangan makan malam dari perempuan yang sangat disukainya. Tetapi, kali ini dia harus mengubur rasa itu. Cassandra tampak tidak tega, dia berjalan mendekati Damian berdiri di sisi kursi sahabatnya dengan memeluk pundaknya. Sebenarnya, Cassandra lebih merasa sakit hati bahwa Damian tidak pernah menyadari keberadaannya. Tapi, dia harus bijak dan mencoba menguatkan pria yang dicintai sejak dulu.
Damian duduk dengan menatap lekat Cassandra dia memeluk erat sahabatnya. Wajah Damian berada tepat di dada Cassandra dengan tangan melingkar di perut sang sahabat. Cassandra dapat merasakan air suci itu turun membasahi belahan dadanya yang terbuka.
Memejamkan mata beberapa kali merasakan sensasi aneh yang menjalar tubuhnya. Damian tidak pernah menganggap dia sebagai seorang perempuan dan hal itu cukup menyakitkan. Tapi, apa yang bisa dilakukan.