"Kenapa kau kemari?" tanya Damian saat sahabatnya mendaratkan tubuhnya dengan terus menggerutu.
"Aku tidak nyaman dengan ulat bulu nakal!" keluhnya.
"Oh," sahutnya dengan kembali membaca buku tebal di tangannya.
"Oh. Hanya itu jawabanmu? Oh, astaga! Harusnya kau bertanya apa yang ku alami hari ini."
"Pasti, kau akan bercerita telah bertemu gadis cantik, bukan?"
"Ko kamu tahu?" ucapnya dengan menopang kedua tangannya di dagu dan mengangkat kedua alisnya. "Apa kau seorang peramal?"
"Ck, anak kecil juga tahu yang ada di otakmu hanya perempuan!" ucapnya dengan menoyor pria yang sedang mendekatkan wajahnya pada Damian.
"Tapi dia sungguh berbeda! Aku yakin dia cinta sejatiku."
"Dulu kau juga bilang begitu. Pada kenyataannya, Jesica, Caroline, Marsella dan Corona meninggalkanmu demi laki-laki lain bukan?" hardiknya dengan tersenyum sinis.
"Kenapa jadi mengabsen semua mantanku!"
Pletak …
"Au …," erangnya.