"Kau menginginkan hal yang lebih bukan?" tanyanya dengan tersenyum seringai. Amel terduduk dan menggeser tubuhnya. Mendekap kedua lututnya dan membenamkan wajahnya, rasa malu dan harga dirinya sudah tercabik. Tangisan pilu mulai terdengar lebih lirih.
"Kau bisa merasakan sesuatu yang bisa memuaskan dirimu dan rasanya ini cukup!" ucapnya dengan mengangkat tongkat baseball.
"Tidak, jangan aku mohon," pinta gadis malang itu hendak bangun dan lari dari keadaan. Tetapi Livia dengan sigap memegangi pundak gadis itu. Pria berambut ikal itu mendepak kedua gadis itu hingga terbuka lebar.
"Tidak, jangan!" Amel terus memberontak. "Aku mohon, kau bisa membunuhku sekarang. Tapi tidak dengan melakukan ini padaku, ku mohon." Suaranya sudah terdengar parau sedari tadi gadis itu terus menangis meratapi dirinya yang sedang mengalami kemalangan. Sungguh, kejam kedua manusia ini.
"Lakukan sekarang! Cepat!" titah Livia pada Rom dengan masih menekan pundak Amel.