"Itu semua takdir!"
"Apa kau bilang? Takdir? Kalau begitu aku akan membuat takdirmu lebih mengerikan!" Livia terus berjalan mendekat. Tampak kepanikan dari wajah Marcel saat wanita itu memegang dua pisau kecil di kedua tangannya dengan terus tertawa.
"Jangan, aku mohon!" Marcel menggeser tubuhnya ke kiri dengan tubuh yang masih menempel pada tembok. Tubuhnya terasa kaku dan membeku, tidak bisa dipungkiri melihat penampakan kedua sahabatnya membuat lututnya terasa lemas. Kakinya terasa sangat sulit digerakkan.
"Kemarilah, sayang." Marcel melihat tawa Livia sangat mengerikan. Cara jalannya yang anggun dan menggoda telah sirna, wanita itu berjalan dengan sedikit membungkuk dan terus tertawa. Matanya sangat mengerikan dengan tawa yang membuat ruangan ini seakan mencekam. Marcel kini merasa sedang berada dalam jerat iblis.